Feature Top (Full Width)

PERUBAHAN PANDANGAN PADA KURIKULUM

Sabtu, 13 Februari 2021

Oleh Asip Suryadi

Secara historis, pendidikan formal di Barat maupun Timur di era awal didirikan oleh lembaga agama. Tujuan utamanya adalah literasi kitab suci. Isi pendidikan di era terebut sangat tekstual. Para murid diwajibkan menghafal teks-teks ayat suci ketimbang memahaminya. 

Tujuh ratus tahun lalu baik di Cina mapun Eropa pendidikan untuk masyarakat elite bertujuan untuk mengusai beberapa kemampuan. Di sekolah Confusius lulusan harus menguasai beberapa keterampilan yaitu kaligrafi, memanah, musik, puisi, berkuda, ritual agama, dan menghafal teks kitab suci. Sementara itu di sekolah-sekolah Eropa, lulusan sekolah harus menguasai kecakapan yang disebut trivium yaitu grammar (tata bahasa), rhetoric (retorika) dan logic (logika). Dikenal juga kemampuan quadrivium yang terdiri dari musik, geometri, astronomi, dan arithmetika.

Pada semua pendidikan tersebut murid lebih cenderung diminta untuk menghafal dari pada memahami atau menerapkan ilmu. Para siswa dinyatakan berhasil lulus pada level tertentu apabila dapat mengingat dan mengulang kata-kata dan kalimat bijak para filosof seperti Confusius, Mencius, Artistoteles, Thomas Aquino, dan lainnya.

Di belahan Timur  Tengah pada masa kejayaan Peradaban Islam periode tahun 750 sampai 1250 Masehi pendidikan ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan baik ilmu syariah maupun ilmu aqliah. Pada masa itu mulai berdiri lembaga-lembaga pendidikan formal mauun non formal. Berdirinya universitas telah melahirkan para ilmuwan Islam moderen yang teori-teorinya berdampak terhadap peradaban dunia. Kurikulum pendidikan Isalam pada masa itu lebih maju dari pada Eropa. Namun demikian belum dikenal pendidikan profesinal. 

SAma seperti pada peradaban Barat, ilmu-ilmu lebih cenderung baru sebatas pemikiran. Belum sampai kepada aplikasi. Keteramilan untuk bekerja seperti berdagang lebih cenderug diturunkan dalam keluarga atau pemagangan. Misalnya, kelurga pedagang menurunkan keterampilan berdagangnya kepada generasi berikutnya. Atau sorang anak dikirim untuk magang kepada seorang pedagang. Orang tua melihat bakat anaknya. Apabila kelihatanya dia punya kecakapan memotong rambut maka aank tersebut dikirm untuk magang keterampilan memotong rambut.

Di periode renaisan terjadi perubahan signifikan pada pola pendidikan di Barat. Sementara pendidikan pola keagamaan terus berlangsung di berbagai tempat, di tempat lainnya terjadi sekularisasi. Pada pola pendidikan baru Renaisan, pendidikan tidak lagi menghafal ayat-ayat suci dan kalimat bijak para filosofis namun mempelajari teori yang bersifat tentatif hasil dari cara berpikir dengan metode ilmiah para ilmuwan Renaisan. Pola pendidikan ini menghasilkan para ilmuwan angkatan kedua setelah para pionir Barat.

Di Abad 20, pendidikan mulai mengarah ke arah profesi. Pengetahuan teoretis dan teknologi telah diterapkan untuk menyelesaikan kehidupan sehari-hari sehinga melahirkan jenis-jenis pekerjaan baru. Insinyur, pengacara, dokter, apoteker, akuntan, manajare, dan sebagainya menjadi profesi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan profesional. Sejak itu lahirlah kampus-kampus, lembaga pelatihan profesi dan sekolah vokasional sebagai lembaga pencetak profesional. Pola kurikulum tersebut diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan indutri.

Selanjutnya menjelang Abad 21, ketika industri mencapai tahap 4.0, terjadi revolusi dari human resource ke human capital, arah pendidikan tidak lagi untuk mencetak para pekerja, melainkan mencetak masyarakat kreatif. Pada masa ini pekerjaan keras telah diambil alih robot. Manusia hanya bertugas mengoperasikan saja. Sedangkan pekerjaan lunak diambil alih dengan aplikasi (software).

Itulah latar belakang lahirnya pandangan baru mengenai kurikulum pendidikan formal 5 Minds of the Future (Discipline Mind, Synthesize Mind, Creative Mind, Respectful Mind, Ethical MInd) yang digagas Howard Gardener. Pandangan lain yang lahir selanjutnya adalah 4 C's of 21st Century Skills (critical thinking, creativity, collaboration, commuication). Pandangan ini nampaknya sebuah revoluasi dari pandangan kurikulum sebelumnya yang diwakili oleh konsel 5 pillar pendidikan pada program Education for Sustainable Development (ESD) 2005-2014 yang diluncurkan UNESCO. Lima pilar pendidikan yang dimaksud adalah learnining to know, learning to do, learning to live togenther, learning to be dan learning to transform onleself on society. Pandangan ini tidak lagi digunakan karena dianggap tidak lagi mewadahi kebutuhan masa depan.

Pandangan kurikulum 5 MInds of The Future dan 4C's adalah pandangan kurikulum yang sedang dianut sekarang ini. Dalam implementasinya, pembuat kebijakan, satuan pendidikan dan pendidik harus menyajikan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kemampuan masa depan seperti pada konsep tersebut. Mari kita pelajari dan praktekkan strateginya.

Pandangan mengenai kurikulum akan terus berubah menyesuaikan perkembangan budaya manusia. Kurikulum fungsinya menyiapkan masyarakat masa depan bukan hari ini. Masa depan pasti pasti berbeda dengan hari ini. Oleh karena itu kurikulum akan terus berubah. Sering kali para pelaku pendidikan mempertanyakan perubahan kurikulum: "Mengapa kurikulum berubah terus?". Jawabannya: "Karena budaya manusia berubah terus". Kurikulum nasional mungkin berubah tiap 5 tahun sekali, itu normal. Justru sebuah keniscayaan yang harus terjadi adalah perubahan kurikulum pada rancangan pembelajaran guru harian karena setiap hari berinteraksi dengan peserta didik yang sedang berubah.

Daftar bacaan:

  1. Howar Gardener, 5 MInds of  the Furture, Harvard Business Press, Boston-Massachusetts, 2008.
  2. Muhammad Saleh, Kejayaan Pendidikan Islam Pijakan Peradaban Manusia, http://www.iainpare.ac.id/kejayaan-pendidikan-islam-pijakan-peradaban-manusia/, 12 Februari 2021.
  3. Robert Carneiro dan Alexandra Draxter, Education for the 21st Century: lessons and challenges, European Journal of Education, May 2008, https://www.researchgate.net/publication/314224846.
  4. Bri Staufer, What Are the 4 C's of 21st Century Skills? Applied Education System, 7 Mei 2020, https://www.aeseducation.com/blog/four-cs-21st-century-skills. 
Ilutrasi Gambar diambil dari: https://www.forbes.com/sites/jeroenkraaijenbrink/2020/05/13/3-reasons-why-you-should-use-this-crisis-to-make-a-change/?sh=135fa1b956f5, diambil 13-2-2021

 

Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.