Resensi Buku Oleh Asip Suryadi
● Judul Buku: Deep Learning: Engage the World, Change the World
● Penulis: Michael Fullan, Joanne Quinn, & Joanne McEachen
● Tahun Terbit: 2018
● Penerbit: Corwin Press
● Tema Utama: Pendidikan transformatif melalui deep learning untuk mempersiapkan siswa menghadapi dunia yang kompleks.
Deep Learning setidaknya mewakili 2 pengertian umum. Pertama dalam dunia information processing dan kedua sebagai sebuah pendekatan pendidikan dan pembelajaran.
Yang pertama dalam information processing Deep Learning didefinisikan sebagai sejenis mesin yang dioperasikan menggunakan prinsip-prinsip kerja jaringan saraf (otak). Konsep ini diterapkan dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai macam masalah, termasuk pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami, dan pengenalan ucapan. Chat GPT misalnya beroperasi menggunakan prinsip deep learning. AI ini Bekerja seperti jaringan saraf untuk mentransformasi berbagai informasi penting dan menggeneralisasi atau memprediksi sesuai dengan perintah berbentuk kata-kata kunci yang diberikan pengguna.
Kedua, deep learning dalam arti harfiah pembelajaran mendalam. Dalam buku Deep Learning: Engage the World, Change the World yang ditulis oleh Michael Fullan, Joanne Quinn, & Joanne McEachen, deep learning bukan sekadar metode belajar, melainkan pendekatan holistik yang bertujuan mengembangkan kompetensi abad ke-21. Fullan adalah seorang profesor pendidikan di Kanada yang sepanjang pemikiran akademisnya menyerukan pembaharuan pendidikan (education change). Dalam berbagai bukunya Fullan sering menyebut nama Paulo Preire seorang pembaharu dan filsuf Brazil yang menyerukan perubahan paradigma dalam pendidikan. Dalam buku ini Fullan dan kawan-kawan menekankan bahwa pendidikan tradisional sering gagal memenuhi kebutuhan siswa di era digital. Oleh karena itu paradigma pendidikan harus selalu diperbaharui.
Berdasarkan hasil penelitian dan kerjasama dengan tujuah negara Eropa dan Amerika Fullan dan kawan-kawan menyodorkan Deep learning sebagai solusi untuk membuat pembelajaran lebih relevan, bermakna, dan berdampak pada kehidupan nyata. Pendekatan tersebut diberi nama New Pedagogies for Deep Learning (NPDL). Dalam pendekatan ini para penulis memperkenalkan kerangka 6Cs sebagai fondasi deep learning yaitu Character (Karakter) – Membangun integritas, empati, dan ketahanan; Citizenship (Kewarganegaraan) – Memahami isu global dan berperan aktif di masyarakat; Collaboration (Kolaborasi) – Bekerja sama dalam tim yang beragam; Communication (Komunikasi) – Menguasai keterampilan verbal, nonverbal, dan digital; Creativity (Kreativitas) – Berpikir out-of-box dan menghasilkan solusi inovatif dan Critical Thinking (Berpikir Kritis) – Menganalisis informasi secara logis dan reflektif.
Pada halaman 76 buku tersebut para penulis memformulasikan pendekatan tersebut dalam bentuk visual sebagai berikut:
Skema di atas menggambarkan bahwa Deep Learning yang dimaksudkan oleh Fulllan dan kawan-kawan merupakan sebuah sistem. Pada lapisan inti (lapisan 1) Deep Learning memiliki sasaran untuk mengembangkan 6Cs. Di lapisan 2, Deep Learning sebagai sebuah sistem dibangun dari empat elemen yaitu pedagogical practice (pedagogi praktis), learning partnership (kemitraan belajar), learning environment (lingkungan belajar) dan leveraging digital (pemanfaatan teknologi digital). Di lapisan 3, prasyarat kondisi tumbuhnya empat elemen yaitu school condition (kondisi sekolah), system condition (kondisi sistem), dan district condition (kondisi wilayah). Ini menjelaskan bahwa keempat elemen akan tumbuh pada 3 kondisi lingkungan yang baik. Artinya ketika mengembangkan Deep Learning maka sistem pengelolaan sekolah/madrasah harus baik, kemudian regulasi pendidikan nasional dan kebijakan daerah harus mendukung. Di lapisan 4 terdapat prasyarat umum yaitu collaborative inquiry (pencarian kolaborasi). Maksudnya, semua stakeholder pendidikan harus bahu-membahu melakukan upaya pencarian dan perbaikan yang berkesinambungan.
Salah satu hal penting yang harus dipahami pada sistem ini adalah bahwa pendidikan dan pembelajaran bukan hanya melibatkan sekolah, guru dan siswa melainkan melibatkan semua stakeholder termasuk orang tua, lingkungan masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah pusat, legislatif dan yudikatif, dunia usaha dan lainnya. Semuanya harus berada dalam koridor collaborative inquiry.
Pada tataran sekolah/madrasah secara praktis buku ini menjelaskan fungsi sekolah/madrasah sebagai sebuah learning community, student-centered learning dan penerapan proyek (project-based learning/PBL) dan pengalaman langsung (experiential learning) menjadi kunci. Kegiatan belajar disajikan dalam bentuk Proyek Sosial: Siswa merancang solusi untuk masalah lingkungan di komunitas mereka; dan lebih jauh lagi Kolaborasi Global: Kelas di Indonesia bekerja sama dengan siswa di negara lain untuk mempelajari isu lintas budaya. Satu hal lagi pendidikan/pembelajaran harus memanfaatkan alat digital untuk penelitian, analisis data, dan presentasi kreatif (leveraging digital technology).
Tentu saja penerapan Deep Learning tidak mudah. Para penulis sudah memprediksi beberapa tantang seperti resistensi terhadap perubahan, kurikulum yang kaku, dan kurangnya pelatihan guru. Fullan dan kawan-kawan juga menyuguhkan solusi alternatifnya seperti Pelatihan guru berbasis deep learning, Kolaborasi antar-sekolah dan dengan komunitas dan evaluasi berbasis kompetensi, bukan sekadar nilai ujian.
Lalu apa relevansinya dengan pendidikan Indonesia. Banyak yang berseloroh Deep Learning sebagai kurikulum baru nasional. Sebaiknya kita tidak latah dan reaktif. Sampai sekarang belum ada kebijakan yang menyatakan hal itu. Menurut saya Deep Learning sebagai sebuah sistem bisa saja dinaikkan ke tingkat kurikulum nasional. Namun sampai saat ini tidak ada kebijakan tersebut karena sangat berisiko mengganti Kurikulum Merdeka yang baru saja dikenal dan diterapkan. Menurut saya Pendekatan Deep Learning relevan sebagai penegasan dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Deep Learning dapat diadaptasi dalam Kurikulum Merdeka dengan menekankan Projek Base Learning dalam pembelajaran kurikuler, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kolaboratif, personalize learning (pembelajaran personal); dan landasan dalam melaksanakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Buku ini sangat direkomendasikan bagi guru, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan pendidikan yang ingin membawa perubahan positif di kelas dan sekolah/madrasah. Buku ini memberikan panduan praktis bagi pendidik yang ingin mentransformasi pembelajaran agar lebih bermakna, relevan, dan berdampak. Deep Learning bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan untuk mempersiapkan siswa menjadi pembelajar seumur hidup yang siap menghadapi tantangan masa depan.
Kutipan Inspiratif dari Buku:
"Deep learning is not just about knowing more, but about applying knowledge to make a difference in the world."