Feature Top (Full Width)

KEEP THE MEANING

Rabu, 26 November 2014




Apa yang kita alami dalam kehidupan, sering kali tidak terduga. Kejadian demi kejadian terus mengalir. Kadang kita mendapat kejutan yang membahagiakan, kadang tiba-tiba mendapatkan musibah yang menyakitkan. Kejadian-kejadian tersebut mengombang-ambing kita sperti badai mempermainkan biduk. Ketika seseorang merasa sering mendapat kejadian tidak mengenakkan maka mengambil kesimbulan: Sial. Kesimpulan tersebut adalah sebuah makna negative yang telah dibuat dan akan tertanam dalam benak bahwa aku telah gagal. Makna tersebut akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil di masa yang akan datang.
Bisa jadi keputusan yang diambil egative. Misalnya seseorang memutuskan untuk mengambil sikap refresif terhadap lingkungan karena menganggap bahwa kegagalan yang dia peroleh di masa lalu disebabkan karena penghianatan. Orang tersebut mengambil langkah curiga dan agresif.
Sikap tersebut tentu tidak diharapkan untuk terjadi pada siapapun.  Lalu apa sebenarnya yang terjadi? Keputusan yang diambil oleh seseorang dipengaruhi oleh makna yang ditempelkan pada kejadian-kejadian yang melatarbelakangi keputusan tersebut. Ketika makna yang ditempelkan pada kejadian-kejadian tersebut negative maka akan menggiring lahirnya keputusan negative. Kalau demikian maka kajadian-kejadian di masa lalu tidak boleh bermakna negative.
Dalam NLP (neuro linguistic program)  ada konsep reframing. Konsep tersebut menjelaskan bahwa sebuah kejadian hanyalah sebuah kejadian sampai seorang meletakkan sebuah bingkai (atau kerangka berpikir) atas kejadian tersebut dalam bentuk makna terhadap peristiwa tersebut.  Ketika seseorang mendapatkan sebuah pengalaman maka maknanya akan tergantung kepada dari sudut mana orang tersebut memaknainya.
Reframing ada dua jenis. Pertama content reframing, dan kedua context reframing. Content reframing adalah melihat apa isi dari sebuah kejadian. Rumusannya: ketika terjadi X maka saya berpikir Y. Contoh, ketika pesawat yang kita tumpangi ditunda penerbangannya. Reaksi pertama pasti kita kesal. Tapi setelah itu cobalah untuk memberi arti yang produktif pada peristiwa itu. Berpikirlah kalau penundaan itu karena untuk memaksimalkan cek kesiapan pesawat, menunggu laporan situasi cuaca, atau alasan-alasan keselamatan lainnya. Bingkai positif yang kita buat akan dapat mengubah kekesalan menjadi kesabaran.
Context reframing adalah membuat sebuah bingkai positif terhadap sebuah persepsi buruk sehingga bermakna positif. Indikatornya: X terlalu …, atau Y terlalu ... tapi dibingkai dengan makna positif. Contoh: seorang ayah yang sedang marah membawa seseorang anak yang keras kepala ke seorang psychotherapist untuk diobati. Dokter malah berkata: “Bukankah sifat ini baik karena akan mendukung anak ini menjadi anak yang mandiri di masa depan nanti, jadi Anda jangan terlalu khawatir”. Kalimat sang dokter adalah sebuah bingkai positif yang dapat membuat reda kemarahan sang ayah.
Barang kali ini adalah sebuah alternative rumus yang dapat membantu kita memperbaiki cara kita melaksanakan hidup di tahun depan. Dalam pekerjaan tahun ini kita mengalami kejadian beragam. Banyak yang membahagiakan, namun banyak juga yang menyedihkan, bahkan yang memilukan. Ada kelemahan perencanaan yang membuat kita kurang nyaman. Ada kelemahan pelaksanaan yang membuat kita kurang kerasan. Ada juga kesalahpahaman yang sering memancing kita untuk berbantah-bantahan. Semua itu tak bisa terelakkan dan tidak bisa diputar ulang. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita membingkai pengalaman tersebut dengan makna yang positif untuk membuat keputusan di tahun depan.
Salah satu yang membuat kita khawatir adalah kebijakan pemerintah bahwa di tahun depan kita tidak memperoleh honor kegiatan seperti yang kita peroleh tahun sebelumnya. Yang membuat kita khawatir adalah ketakutan terjadi penurunan pendapatan dan mengganggu stabilitas aktifitas dapur kita.
Kekwahatiran tersebut sebenarnya hanya respon sesaat saja. Yang kita khawatirkan belum tentu terjadi. Allah mungkin memiliki skenario lain yang lebih baik. Oleh karena itu mari kita membingkai kebijakan tersebut dengan makna yang baik. Dengan rumus reframing ala NLP. Dengan menggunakan content reframing kita bingkai kebijakan tersbut dengan beberapa persepsi seperti berikut: Kebijakan tersebut sebagai persiapan untuk menerapkan sistem baru yang lebih baik; kebijakan tersebut dibuat untuk menyelamatkan anggaran negara; kebijakan tersebut  merupakan langkah perbaikan untuk menciptakan sistem penggajian yang berkeadilan, dan sejenisnya.
Pembentukan makna tersebut penting karena akan menentukan keputusan kita di tahun depan. Bingkai negatif terhadap masalah tersebut bisa jadi mendorong kita untuk membuat keputusan negative, dan bingkai positif akan mendorong kita membuta kpeutusan positif. Tentu saja kita akan menghindari keputusan negatif. Oleh karena itu mari kita membingkai kejadian-kejadian tahun ini dengan makna yang positif. Ajaran agama juga memerintahkan kita untuk selalu khusnudzon.

0 comments:

Posting Komentar

Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.