Kita sudah kenal taksonomi Krathwohl-Anderson. Taksonomi ini merupakan revisi dari taksonomi Bloom. Taksonomi hasil belajar yang disusun Benjamin Bloom tahun 1956 oleh lorin Andersoan, murdnya sendiri, dianggap harus direvisi. Bloom mengelompokan dan menyusun tingkatan hasil belajar kedalam 5 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Menurut Lorin Underson, di era barui ini hasil belajar tidak cuikup hanya sampai evaluasi taoi harus sampai mencipta. Oleh karena itu Andersoan dengan koleganya, David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom melalui buku berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives yang diterbitkan pada tahun 2001. Anderson mengklasifikasi tingkatan hasil belajar kedalam 5 kelompok yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
Skema di bawah adalah perbandingan antara taksonomi Bloom dan Anderson. Mari kita lihat perubahannya:
Tingkatan hasil belajar baik oleh Bloom maupun oleh Anderson digambarkan dalam sebuah piramida yang menggambarkan jumlah kompetensi hasilbelajar setiap tingkatan. Luas piramida bagian “mengingat/remeber” lebih besar dari pada “memahami/understanding”. Artinya jumlah kompetensi kognitif mengingat selalu lebih besar dari pada memahami, dan mengingat itu menjadi landasan untuk memahami. Artinya sebelum seseorang banyak pengetahuannya, maka belum memungkinkan untuk memahami sesuatu. Demikian juga, sebelum seseorang memahami sesuatu maka belum memungkinkan untuk menerapkanyya.
Seperti Anda lihat. Ada dua perubahan utama dari piramidan pertama ke piramida kedua. Perubahan pertama, ada perubahan tingkatan hasil belajar kognitif. Analisis dan sintesis pada taksonomi Bloom beda tingkatan, menurut Andesrosn itu ada di tingkat yang sama, makanya dituliskan hanya analisis saja. Pada tingkatan tersebut sebenarnya ketikla seseorang dapat melakukan analisis, maka dia juga dapat melakukan sintesis. Kemudian tingkat tertinggi hasil belajar kognitif pada taksonomi Bloom adalah evaluasi, sedangkan pada taksonomi Andersoan adalah mencipta (create)
Perubahan utama kedua adalah perubahan penggunaan kata benda dalam taksonomi Bloom menjadi kata kerja pada taksonomi Anderson. Alasannya, hasil belajar harus berbentuk melakukan oleh karena itu ditulis dalam kata kerja atau action verb (kata kerja operasional). Mari kita lihat definisi dan kata kerja operasional setiap tingkatan dalam tabel berikut.
Deskri tersebut juga dapat divisualisasi seperti pada kerucut tiga dimensi di bawah ini.
Pada taksonomo Andersoan juga dikenal istilah HOT (Higher Order Thinking). Yang dimaksud dengan HOT adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam taksonomi Anderson, hasil belajar yang termasuk kedalam wilayah ini mulai “menganalisis” hingga “mencipta” seperti terlihat pada pira,mida di bawah ini.
Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi Anderseon dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan dimensi kedua Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Knowledge dimension terdiri dari 3 tingkat yaitu factual knowledge(pengetahuan faktual), conceptual knowledge (pengetahuan konseptual), procedural knowledge (pengetahuan procedural) dan meta-cognitive knowledge (pengetahuan metakognitif). Penjelasan setiap dimensi pengetahuan seperti berikut ini.
1. Factual Knowledge (Pengetahuan factual): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan sebagainya.
2. Conceptual knowledge (Pengetahuan konseptual): pengetahuan berbentuk konsep, hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan sejenisnya.
3. Procedural Knolwledge (Pengetahuan procedural): pengetahuan berbentuk cara melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4. Meta-cognition Knowledge (Pengetahuan metakognisi): sering disebut a process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningklatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Para ahli di Iowa State University membuat ilustrasi dengan grafik berdimensi tiga seperti pada gambar berikut.
Dalam grafik tersebut terlihat balok-balok yang menunjukkan tingakatan kompetensi. Pengetahuan factual (factual knowledge) pada dimensi ingatan (remembering) menujukkan tingkat kognisi paling randah, dan meta-kognisi (meta cognition knowledge) pada dimensi kreasi (creation) menunjukkan tingkatan kompetensi paling tinggi.
Apabila dilihat dengan cara dua dimensi dapat digambarkan dalam tabel berikut.
Berdasarkan tabel di atas hasil belajar yang paling rendah adalah FC1 (factual-kognitif), dan hasil belajar tertinggi adalah MC6 (metacgniton-creation). Hasil belajar FC 1 misalnya: Dapat menyebutkan nama-nama presiden Indonesia sejak proklamasi sampai tahun 2017. Contoh hasil belajar tingkat MC6 misalnya: menciptakan sebuah strategi yang dapat membantu dirinya atau orang lain untuk meningkatkan cara memecahkan masalah.
Berikut kata kerja opersional domain kognitif yang dapat digunakan dalam merumuskan indikator hasil belajar.
Berikut kata kerja opersional domain kognitif yang dapat digunakan dalam merumuskan indikator hasil belajar.
Daftar kata kerja tersebut tidak mutlak. Mungkin masih ada kata kerja lain pada konteks tertentu yang lebih tepat. Apabila menemukannya, Anda bisa menambahkannya dalam daftar ini dan dapat menggunakannya.
Ditulis oleh Asip Suryadi
Revisi 16 Mei 2017
35 comments:
Silakan ajukan pertanyaan
Bagaimana aplikasi dari domain kognitif dalam pengembangan kurikulum 2013 ?
Pada kurikulum 2013 dikenal istilah HOT (high order thinking. Pembelajaran kognitif dalam K 13 harus fokus ke tarap tersebut. Siswa belajar tidak sekedar tahu dan paham melainkan harus sampai ke mencipta (C6).
Bagaimana penerapan domain kognitif level mencipta pada peserta didik
Dalam domain kognitif Bloom revisi menurut Anderson, apakah dalam penerapannya untuk menentukan tujuan pembelajaran dan indicator hasil belajar harus berbentuk hirarki dari domain terendah sampai dengan tertinggi, mengapa demikian?
Menggunakan metode tugas,problem base dan project base
Tergantung keada hirarki materi. Apabila itu materi baru maka harus dari yang erendah. Apabila merupakan lanjutan bisa jadi tidak harus dari yang terendah.
Bagaimana cara untuk menentukan pencapaian indikator secara kognitif jika berawal dari pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi didalam evaluasi?
Apakah untuk mengukur domain kognitif kita perlu membuat kara kerja yang sudah ada ! ataukah bisa menambahkan kata kerja yang lainnya (yg blm ada)
Apakah untuk mengukur domain kognitif kita perlu membuat kara kerja yang sudah ada ! ataukah bisa menambahkan kata kerja yang lainnya (yg blm ada)
Melihat penjabaran di atas, saya seperti terbangun dari mimpi indah yang kemudian tersadar bahwa menentukan indikator ternyata tak semudah yang dibayangkan. Ada acuan dan landasan yang dipakai saat menyusunnya. Pertanyaan saya, berdasarkan Gambar (grafik) dimensi pengetahuan, tampak bahwa dimensi pengetahuan merupakan tingkatan. Apakah dalam menentukan indikator kita harus mematuhi urutan dimensi itu,mulai dari mengingat,memahami, mengaplikasikan, menganalisis,mengevaluasi dan mencipta? Bagaimana kalau dalam RPP kita hanya sampai pada tahap aplikasi? APakah pengetahuan itu menjadi tidak komplit?
tetapi dalam praktiknya untuk yang lanjutan, supaya siswa tetap memiliki daya ingat yang kuat mengenai materi sebelumnya dan memiliki kemampuan mengkaitkan dengan materi yang sedang dipelajari, caranya bagaimana? kondisi dilapangan ada siswa yang memiliki daya ingat (maaf pelupa) dan ada yang daya ingatnya tinggi
Kata kerja operasional itu banyak sekali pak jupri... tidak hanya yang tertera atau tertulis pada tabel diatas, bisa kita tambahkan lagi sesuai dengan tingkatannya
contohnya yang lain seperti apa pak rahmani..!
bagaimana untuk mengukur tingkatan materi itu bahwa termasuk pada kategori kognitif tingkat tinggi
pada kata kerja operasional domain kognitif dari mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai dan mencipta, bolehkah kita merumuskan suatu tujuan atau indikator menggunakan kata kerja operasional tersebut tidak berurutan, misalnya memahami terlebih dahulu....
Banyak banyak di kegiatan praktek. Mengingat dengan cara menyebutkan dan memperagakan, kegiatan mengingat/ memahami hrs dengan sesuatu yg dipraktekkan.. Insyaallah ingat terus.. Dan pastikan kegiatan itu menyenangkan.. :)
Menurut teori tidak boleh pak, karena itu harus sistematis... Kita bisa menerapkan jika kita paham, kita bisa mengevaluasi jika kita pernah menerapkan.. Dan seterusnya... Bayangkan kita diminta diminta oleh pak asip untuk menilai rpp teman, sementara kita tidak paham seperti apa rpp itu dan belum pernah membuat rpp. ...:)
Untuk penerapan kognitif ini, kendala saya adalah mixed ability students, misal; ada banyak kegiatan yg dilakukan untuk mengingat, dan saya harus memastikan kegiatan ini menyentuh semua kemampuan dan style siswa. Masalah saya adalah time... Perlu extra waktu untuk detail untuk penerapannya dalam rpp. Adakah short cut nya?
Revisi taksonomi bloom hanya dilakukan pada ranah kognitif meliputi perubahan kata kunci dari kata benda ke kata kerja dengan perubahan yang mendasar pada level 5 dan 6. Pertanyaannya Apakah revisi ini dapat diterpakan disemua jenjang pendidikan dan semua mata pelajaran
Menurut Lorin Underson diera baru ini hasil belajar tidak cukup hanya sampai evaluasi tapi sampai mencipta,Bagaimana cara penerapannya dalam pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang saya ampu
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) sebagaimana dikutip Mimin Haryati, kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pertanyaannya : Bagaimana cara mengukur keberhasilan aspek kognitif pada peserta didik dalam pembelajaran melalui pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi ?
Untuk penerapan kognitif ini, kendala saya adalah mixed ability students, misal; ada banyak kegiatan yg dilakukan untuk mengingat, dan saya harus memastikan kegiatan ini menyentuh semua kemampuan dan style siswa. Masalah saya adalah time... Perlu extra waktu untuk detail untuk penerapannya dalam rpp. Adakah short cut nya?
1. Dalam kurikulum 2013, salah satu prinsip yang ditekankan adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik. namun kenyataan dilapangan, walau telah menggunakan diskusi, seorang guru tetap harus menggunakan metode ceramah saat menyampaikan atau menyajikan sebuah data (gambar/video/siklus/grafik dll). apakah diperkenankan kami sebagai pendidik meggunakan metode tersebut pada beberapa pertemuan dalam KD?
2. enam kategori yang disebutkan dalam artikel, dapatkah diterapkan pada siswa dengan kemampuan rendah? apabila ya, bagaimanakah cara yang paling efektif agar siswa tersebut tetap bisa mengikuti pembelajaran dengan baik!
Bagaimana penerapana domain kognitif dalam mata pelajaran seni budaya,sedangkan dipelajaran seni budaya lebih dominen ke psikomotorik dibandingkan kognitif.
Apakah didalam penulisan soal HOTS penggunaan kata kerja di mulai dari kata kerja penerapan sampai kata kerja mencipta?
Bagaimanakah domain kognitif dapat diperkembangkan melalui sistem pendidikan serta apa yang membedakan paling mendasar antara FC 1 dan MC 6?
Domain kognitif, mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas enema macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan penilaian.pertanyaan saya adalah dalam pembuatan soal dari enam macam kemampuan yang paling dominan kita gunakan yang mana dan supaya dapat membedakan kemampuan peserta didik?
menurut ahli pendidik dari lowa university bahwa kemampuan faktual,ingatan dan meta kognisi berada dibawah kemampuan kreasi,pertanyaannya adalah apakah pendapat itu sudah benar bukan hal tersebut diatas merupakan rangkaian proses yang saling berkelanjutan
Kata kerja operasinal biasanya digunakan untuk penyusunan Indikator Pencapaian Kompetensi. Apabila Kompetensi Dasar sudah menunjukkan pengetahuan misalnya pada tingkatan C3 (menerapkan), apakah dalam penyusunan indikator dimulai dari tingkatan C3 atau harus mulai dari C1?
Kategori kemampuan ranah kognitif dari tingkat terendah hingga tingkat tertinggi mestinya harus dapat dicapai oleh siswa. Pada pencapaian tingkat mana yang dapat ditoleransi siswa mencapai tingkat tertinggi meskipun siswa belum memiliki kemampuan maksimal ?
1. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, Akan tetapi anak didik tidak semua unggul ketiga ranah tersebut, Bisakah Kita sebagai guru membuat anak didik unggul ketiga ranah..?
apa yang membedakan Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan dimensi kedua Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi)dan bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran ?
Meta-kognitif adalah mengintegrasikan pengeyahuan dan kemampuan dengan cara melakukan pengendalian diri dan manipulasi proses kognisi. Mohon diilustrasikan dengan contoh! Apa saja indikatornya?
2. Mengapa domain kognitif dalam piramida (Bloom &Anderson) selalu lebih besar dari domain psikomotorik?
3. Rumusan domain kognitif adalah perubahan kata benda pada taksonomi Bloom berubah menjadi bentuk kata kerja pada taksonomi Anderson, sebab hasil belajar harus berbentuk melakukan. Apakah kata kerja operasional pada domain kognitif merupakan elaborasi dari dimensi kognitif sebagai kata benda dan proses kognisi sebagai kata kerja? Mohon pencerahannya.....
Dalam taksonomi hasil belajar, esensi dari standar kompetensi lulusan adalah standar isi dan standar proses. Bagaimana keterkaitannya dengan tujuan pembelajaran dan indikator hasil belajar?
Ketiga domain (afektif,kognitif, psikomotorik) memiliki hubungan horisontal yang saling melengkapi. Apa yang menjadi rumusan seperti itu? Mohon diilustrasikan dengan contoh!
Bagaimana ketika peserta didik telah melakukan latihan berulang-ulang, namun hasilnya tidak signifikan sebagaimana diharapkan dari tujuan pembelajaran dan indikator hasil belajar? Siapa/Apa yang keluru?
Posting Komentar