Feature Top (Full Width)

EKOSISTEM ONLINE LEARNING

Kamis, 09 Juli 2020

Oleh Asip Suryadi

Guru inspriratif, dari segi lingkungan belajar (learning environment), apa bedanya pendidikan tatap muka dengan pendidikan jarak jauh? Apakah benar-benar beda? Atau tidka jauh berbeda?

Tentu ada kesamaan dan perbedaan. Komponen-komponen yang sama tentu saja tujuannya. Pada pola pendidikan tatap muka maupun jarak jauh, semua pendidikan bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Materi kurikulum juga bisa sama. Selain itu nama metode yang digunakan bisa sama. Misalnya menggunakan metode diskusi, atau wawancara, atau observasi. Hanya saja teknis dan penyejian instruksinya berbeda. Banyak lagi komponen yang tidak ebrbeda pada kedua pola ini.

Yang berbeda adalah pada pola dan bentuk interaksi. Khususnya pada online learning, perbedaan pola dan bentuk interaksi selain disebabkan karena karakter interaksi yang berjarak (remote), beda tempat (different place), jeda waktu (paused); perbedaan interaksi disebabkan karena karakter teknologi komunikasi yang digunakan. Diantaranya, teknologi online memungkinkan pola interasksi yang lebih personal.

Mari kita lihat contoh sederhana interaksi online. Dua orang sahabat berada di tempat yang sama, berinteraksi menggunakan media sosial tanpa komunikasi verbal. Seakan mereka tidak berinteraksi sama sekali, padahal mereka sedang beriteraksi bersama 1000 atau lebih teman lainnya yang berada di tempat berbeda. Mereka dapat mengekspresikan apa saja melalui kata dan lambing-lambang “seperti emoticon” tanpa harus merasa jengah. Beda dengan komunikasi tatap muka yang kadang jengah karena orang yang diajak komunikasi ada di depan mata dan orang lain dapat mendengarkan juga.

Ketika teknologi online digunakan sebagai media dan sumber belajar, karakter komunikasi tersebut menenutkan karakterisitk belajar. Seperti diungkapkan bahwa teknologi online dapat menyebabkan orang berkomunikasi lebih personal. Maksudnya, selain online learning dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dengan apa saja; peserta didik dapat belajar dengan gaya masing-masing. Misalnya, preferensi gaya orang belajar bisa cenderung auditory, visual atau kinesthetic; melalui online learning seseorang dapat memilih gaya yang sesuai dengan preferensinya. Orang yang preferensi gaya belajarnya auditory, dapat memilih media audio yang bertebaran di internet, orang yang preferensi gaya beajarnya visual dapat memilih sumber beajar visual yang juga bertebaran di internet. Demikian juga yang preferensi gaya belajarnya kinesthetic, dapat memilih aktifitasnya tidak dipegaruhi oleh guru dan orang lain. Sementara pada pendidikan tatap muka pembelajaran yang disajikan guru cenderung seragam.

Karateristik teknologi online berikutnya adalah dapat menghubungkan masyarakat dalam jumlah besar dengan tidak terhalang oleh dinding geografis, demografis, budaya, bahasa, bangsa dan agama. Orang yang memiliki kepentingan atau kesukaan tertentu dapat menyatukan diri dalam sebuah ruang tanpa batas. Hari ini, seorang ABG, dapat memiliki 1000 atau lebih teman di media sosial. Mereka bergabung karena memiliki kesukaan yang sama, atau karena kesamaan lainnya. Ini berarti bahwa teknologi online dapat membangun komunitas belajar yang sangat besar. Itu berarti bahwa karakter teknologi ini sangat potensial diberdayakan sebagai modus belajar.

Dalam teori belajar sosial ada istilah komunitas belajar (learning community). Sebuah komunitas yang didalamnya terdapat-orang-orang melakukan kegiatan saling belajar baik sengaja atau tidak sengaja. Sebuah sekolah, atau sebuah kelas regular merupakan sebuah learning community. POS YANDU, atau kelompok pengajian di mushalla juga bisa jadi sebuah learning community. Sejenis dengan itu, sebuah group di media sosial bisa jadi sebuah learning community.

Untuk kebutuhan pendidikan formal, media ini dapat dibuat dan digunakan untuk membangun learning community yang terstruktur. Medsos adalah dunia anak-anak millennial. Jadi kalau guru ingin mendekati mereka, gunakan medsos, kemudia sajikan pembelajaran menarik. Terlebih lagi kalau sudah dapat mengguakan learning management system (LMS). Melalui aplikasi tersebut guru dapat membangun sebuah komunitas belajar online yang terstruktur dan terarah.

Dalam kominitas belajar tersebut, kegiatan inti yang harus disajikan adalah interaksi. Jadi membangun komunitas belajar online adalah membangun sebuah wahan interkasi antara anggota komunitas agar terjadi proses saling belajar. Melalui interkasi tersebut diharapkan terjadi proses konstruksi pengetahuan dan keterampilan seperti yang dijelaskan dalam teori konstruktivisme sosial.  

Mari kita melihat agak serius mengenai online learning sebagai sebuah learning community yang menyajikan proses interaksi. Moore dalam Anderson (2008: 58) menyebutkan tiga bentuk interaksi yaitu peserta didik-peserta didik, peserta didik-tutor/guru dan peserta didik-sumber belajar. Bentuk interaksi antara komponen-komponen yang dipolakan oleh Moore dapat digambarkan dalam skema berikut.




Skema interaksi di atas menggambarkan tiga komponen pada sistem yaitu peserta didik, guru/tutor dan sumber belajar (content) yang saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.  Sebagai sistem pembelajaran mandiri interaksi utama yang harus terjadi adalah antara peserta didik dengan sumber belajar. Sumber balajar memuat bahan ajar, kegiatan belajar dan tuntunan belajar mandiri sehingga peserta didik dapat melakukan proses belajar secara terbuka. Namun demikian proses contructing knowledge alamiahnya terjadi secara sosial dengan cara diskusi dan dialog dengan orang lain sehingga harus terjadi interaksi antara peserta didik dengan tutor dan antara peserta didik sendiri. Selain itu karena proses knowledge construction terjadi juga pada tutor maka tidak menutup kemungkinan juga terjadi interaksi antara tutor dengan tutor.

Interaksi antara tutor dengan sumber belajar terjadi ketika tutor meng-up-date sumber belajar. Ini merupakan kelebihan dalam pembelajaran online dimana sumber belajar dapat diperbaharui setiap saat. Bahkan terjadi interaksi antara sumber belajar itu sendiri. Bentuk interaksi ini misalnya ketika sebuah sotware memperbaharui sistemnya dan secara otomatis meminta aplikasi pada bahan ajar untuk meng-up-date sistemnya.

Anderson dan Gerison menambahkan 3 bentuk interaksi lain yaitu gugu-guru, guru-sumber belajar dan sumber belajar-sumber belajar. Pola interaksi tersebut dapat dilihat dalam skema beirkut.





Interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar terjadi dengan melibatkan lingkungan sekitar baik keluarga, teman sejawat, dan juga ada kontribusi dari fasilitas yang tersedia di tempat kerja. Ini memungkinkan peserta didik untuk belajar sosial skill, berkolaborasi dan membangun hubungan sosial dengan orang lain dalam proses knowledge construction. Perangkat umum yang digunakan termasuk CAL tutorial, drills, simulasi dan virtual lab, dimana peserta didik melengkapi simulasi melalui experimen dapat melakukan penelitian berkualitas.

Anderson menegaskan bahwa meskipun peserta didik belajar mandiri, dalam sistem ini mereka tidak sendirian. Teman sejawat di tempat kerja, teman lain dan anggota keluarga merupakan sumber signifikan yang memberi dukungan ketika melakukan belajar mandiri. Selain itu munculnya software untuk komunikasi sosial memberi peluang kepada peserta didik untuk bertemu dan membangun kelompok (study-buddy) yang mendukung terjadinya kegiatan kooperatif dan kolaboratif.

Berdasarkan teori di atas jelas digambarkan bahwa ketika kita membangun sebuah online learning sebagai sebuah sistem pembelajaran, itu berarti kita membangun sebuah learning community dimana setiap aanggota komunitas dapat saling belajar. Pada sistem tersebut semakin banyak interaksi yang disajikan maka akan semakin banyak kesempatan belajar. Intensitas iteraksi dapat diatur oleh pengembang sistem dengan mempertimbangkan karakter kurikulum dan karakter para anggota komunitas. Selain itu harus dipertimbangkan agar interaksi belajar disajikan agar menarik dan kontekstual.

Para guru inspiratif, kesmipulannya bahwa ketika kita membangun sebuah online learning maka sebenarnya kita membangun sebuah komunitas belajar (learning community). Dalam komunitas tersebut para anggota saling belajar bersama menggunakan teknologi online yang sangat memungkinkan untuk belajar optimal. Mereka dapat berinteraksi dengan semua komponen sistem kapan saja, dimana saja dan dengan kecepatan serta gaya masing-masing.

Buku referensi: Anderson, T. (2008). The Theory and Practice of Online Learing (Second Edi). Athabasca University.

0 comments:

Posting Komentar

Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.