Oleh Asip Suryadi
Banyak isu terkait keberlangsungan program Pendidikan Nasional
terkait dengan ekses Pandemi Covid 19. Ada yang mengusulkan tahun ajaran baru
diundur. Ada juga yang mengusulkan lanjutkan seperti biasa. Orang tua seperti
saya lebih memilih anak-anak tetap di rumah. Namun demikian Kemendikbud telah memutuskan
sementara seperti yang dimuat di beberapa sumber berita, seperti Tribun Jogja misalnya,
Kementerian menegaskan bahwa tahun ajaran baru 2020 / 2021 tetap akan dimulai
pada 13 Juli 2020. Namun pengumuman tersebut tidak berarti bahwa siswa belajar
di sekolah seperti biasa (Tribun Jogja)
Di beberapa media juga dikabarkan bahwa kebijakan di setiap
daerah berbeda. Mislanya saja Dinas Pendidikan Kota Palembang akan membuka kembali
sekolah 15 Juni, dengan pola1 siswa-1 meja (Beritassebelas.com). Di Medan,
anak-anak di sebuah SD dikumpulkan. Namun menurut gurunya, "Ini bukan
sekolah cuma mengumpulkan tugas yang selama ini kita kasi ke anak-anak. Ini
semua tugas daring yang dari TVRI, kan sudah dikerjai mereka sewaktu bulan
puasa itu, jadi ini barusan kami kumpul," (Tribun Medan).
Kebijakan-kebijakan daerah tersebut diterjemahkan dari, Surat
Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di
lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan
Covid-19 pada Satuan Pendidikan seperti yang dirilis Sekretariat Kabinet
Republik Indonesia 15 Mei 2020.
Selanjutnya apa? Pemerintah daerah, satuan pendidikan, guru dan
orang tua harus memilih strategi mendidik anak-anak untuk setidaknya setahun
kedepan. Sangat tidak bijak apabila orang tua dan guru membiarkan anak-anak
tinggal di rumah tanpa ada pendidikan yang terstruktur. Oleh karena itu satuan pendidikan,
guru dan orang tua harus memilih pola pendidikan baru. Beberapa alternatif yang
dapat dipilih dantaranya homeschooling tanpa keterlibatan guru reguler, sekolah
dengan pola fully online, sekolah dengan pola blended learning, sekolah
biasa (fully offline class) dengan protokol keselamatan penuh, gabungan
dari alternatif yang sudah disebutkan, atau alternatif lainnya. Mari kita sedikit
diskusi mengenai alternatif-alternatif tersebut.
Dengan homeschooling, orang tua membuat kurikulum rumahan
atau mengadopsi kurikulum homeschooling yang sudah dikembangkan.
Anak-anak belajar di rumah saja dengan sumber belajar beragam. Sumber dan media
belajar yang dapat digunakan mulai dari media cetak, TV, web, media sosial,
guru di tempat kursus, guru ngaji, dan yang utama orang tua sendiri. Hasilnya,
anak-anak boleh mengikuti tes kognitif atau psikomotorik di Lembaga pemerintah
atau Lembaga lain yang memiliki kewenangan. Yang agak sulit dengan pola ini
adalah mendisiplinkan untuk belajar mandiri. Selain itu banyak orang tua yang
tidak percaya diri, padahal peran orang tua sangat besar.
Untuk fully online, satuan pendidikan menggunakan learning
management system. Materi ajar dan evaluasi disajikan seluruhnya dalam
jaringan. Termasuk praktek yang disajikan melalui simulasi, self-experimenting
dan virtual laboratory. Guru
bekerja sama dengan orang tua menjadi tutor. Sesekali guru melakukan tele
meeting menggunakan aplikasi. Bangunan sekolah ditutup kecuali kantor.
Sataf juga bisa bekerja dari rumah, menggunakan e-office. Melalui
e-office tersebut semua pekerjaan disajikan dalam bentuk aplikasi yang data dikerjakan
kapan saja dan dimana saja. Layanan informasi pendidikan disajikan dalam
jaringan sehingga masyarakat dapat membukanya kapan saja dari mana saja.
Dengan blended learning, materi ajar dan penilaian sebagian
disajikan online, sebagian tatap muka. Materi ajar yang dapat dipelajari
mandiri seperti pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan keterampilan
fisik sederhana disajikan dalam jaringan. Sedangkan materi ajar yang memerlukan
bimbingan guru seperti praktek olah raga, praktek ibadah, praktek perbengkelan
dan praktek di laboratorium dilakukan dengan tatap muka. Dalam sesi tatap muka
harus diikuti protokol keselamatan. Harus ada jarak antara guru dengan peserta
didik dan antara peserta didik. Dengan
pola ini, karena harus menjaga jarak, maka dalam sesi tatap muka hanya sebagian
saja peserta didik yang datang sehingga tidak berkerumun. Kalau menggunakan
kelas maka hanya memungkinkan satu meja-satu peserta didik.
Apabila menggunakan sekolah biasa (full offline class),
maka kurikulum disajikan seperti biasa. Namun karena harus memperhatikan protokol
keselamatan, peserta yang masuk kelas hanya bisa setengahnya dengan pola satu
meja-satu peserta didik. Pola ini berisiko karena harus sangat sulit
mendisiplinkan peserta didik untuk tidak melakukan kontak antar mereka. Selain
itu pola ini menjadi masalah karena membutuhkan dua kali lipat ruang kelas dan
guru. Kecuali kalau waktu sekolah diperpendek. Namun pemangkasan waktu akan
berimplikasi terhadap pemangkasan kurikulum hingga 50%.
Tentu apabila dieksplorasi akan lahir beberapa alternatif
lainnya. Anda memilih yang mana? Atau memilih alternatif lainnya? Tentu memilih
alternatif harus memperhitungkan semua komponen. Bagi sekolah/madrasah yang
berada di lokasi dengan internet memadai kemungkinan besar sudah banyak yang
siap memilih fully online atau blended. Salah satu kendala yang
paling didengungkan guru adalah kepemilikan perangkat di satuan pendidikan dan
peserta didik. Salah satu solusinya, Kemdikbud
mengeluarkan kebijakan penggunaan dan BOS untuk menanggulanginya. Untuk
menanggulangi kepemilikan perangkat pada siswa, bisa bekerja sama dengan
berbagai pihak. Bagi satuan Pendidikan plat merah akan lebih nyaman apabila
diawali dengan kebijakan pemerintah/pemerintah daerah. Bagi satuan pendidikan plat
hijau dan biru, pilihan lebih bebas. Untuk mendukungnya pemerintah juga harus
membuat kebijakan yang memerdekakan, bukan memenjarakan. Satuan Pendidikan harus
diberi kebebasan untuk bermutu.
Alternatif menengah yang bisa dipilih oleh banyak satuan pendidikan
adalah blended learning. Pada kondisi umum Pendidikan Nasional pola ini
banyak kelebihan. Diantaranya pertama dengan pola tersebut sekolah dalam arti
satuan pendidikan “yang ada bangunannya” masih bisa bertahan. Kedua, kurikuum
nasional regular masih dapat diterpkan meskipun harus dipilih materi yang
substantif saja seperti yang dideklarasikan Mendikbud. Ketiga, dengan pola ini
ruang kelas akan memadai bahkan akan lebih irit karena satu kelas dapat dipakai
bergantian. Malah dalam pola ini pada jenjang pendidikan menengah dan atas dapat
diterapkan moving class. Artinya siswa yang mengunjungi kelas tertentu.
Misalnya kelas matematika, kelas sejarah, kelas IPS, kelas Agama dan seterusnya.
Pemilik kelas bukan peserta didik melainkan guru. Guru menunggu siswa datang ke
kelas yang khas dengan berbagai perangkatnya sehingga selalu siap melayani
siswa secara optima. Keempat, guru sebagai model secara fisik masih
dapat dipertahankan untuk pembelajaran sikap. Kelima, peserta didik memperoleh
bimbingan dalam kompetensi keterampilan dan sikap. Keenam pendidikan lebih
efisien karena mengirit kelas, mengirit waktu, mengirit biaya operasional,
mengurangi kemacetan dan sejeisnya.
Alternatif lain, bisa juga sebuah satuan pendidikan menyajikan
beberapa pola secara bersamaan. Pola ini diterapkan apabila keinginan peserta
didik beragam dan satuan Pendidikan dapat melayaninya. Peserta didik diberikan
kebebasan memilih fully online, bended atau fully offline.
Pola ini tentu memerlukan persiapan lebih banyak apabila dibandingkan dengan
pola yang homogen.
Itu adalah gagasan. Ekspresi kemerdekaan dari kegalauan hati
yang terpenjara dengan PSBB. Gagasan merdeka ini diharapkan memantik inspiriasi
baru bagi keberlangsungan pendidikan anak-anak bangsa. Kita tidak boleh permisif
bahwa karena dalam kondisi darurat maka pendidikan boleh seadanya. Justru yang
dimaksud new normal adalah era baru yang harusnya lebih bermutu. Kita
diberi kemerdekaan memilih yang lebih baik. Mari kita memilih alternative New
Normal Classroom yang tepat untk msing-masing.
Artikle ditulis 6 Juni 2020
Sumber
1. Cegah Penyebaran Covid 19, Sekolah Wajib Terapkan Satu Siswa
Satu Meja. Beritasebelas.com, 2 Juni 2020
2. Tribun Jogja, Kapan Masuk Sekolah Lagi? Tahun Ajaran Baru
2020/2021 Dimulai 13 Juli, Ini Penjelasan Kemendikbud, Kamis, 28 Mei 2020 21:56
3. MASUK SEKOLAH LAGI, Siswa SD Pulo Brayan Bengkel Beraktifitas
Serahkan Tugas, Begini Penjelasan Guru, Tribun Medan Selasa, 2 Juni 2020 10:07
4. Sumber Gambar: https://news.detik.com/berita/d-5034797/menuju-new-normal-nu-imbau-pemerintah-perhatikan-pesantren
15 comments:
Banyak perubahan yang terjadi akibat pandemi covid 19 ini, termasuk di dunia pendidikan. Misalnya pada tahun ini, tahun ajaran baru dimana sekolah-sekolah masih ditutup, siswa masih emlaksanakan belajar darei rumah. Bnayak kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh beberapa daearah terkait pendidikan ini. Kebijakan-kebijakan daerah tersebut diterjemahkan dari, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan seperti yang dirilis Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 15 Mei 2020. Pemerintah daerah, satuan pendidikan, guru dan orang tua harus memilih strategi mendidik anak-anak untuk setidaknya setahun kedepan.Beberapa alternatif yang dapat dipilih dantaranya homeschooling tanpa keterlibatan guru reguler, sekolah dengan pola fully online, sekolah dengan pola blended learning, sekolah biasa (fully offline class) dengan protokol keselamatan penuh, gabungan dari alternatif yang sudah disebutkan, atau alternatif lainnya. Mari kita sedikit diskusi mengenai alternatif-alternatif tersebut.Dengan homeschooling, peran orangtua sangat besar dalam proses pmbelajaran anak-anaknya walaupun masih banyak orangtua yang tidak percaya diri.Untuk fully online, satuan pendidikan menggunakan learning management system. Materi ajar dan evaluasi disajikan seluruhnya dalam jaringan. Guru bekerja sama dengan orang tua menjadi tutor. Sesekali guru melakukan tele meeting menggunakan aplikasi.enggunakan e-office. Melalui e-office tersebut semua pekerjaan disajikan dalam bentuk aplikasi yang data dikerjakan kapan saja dan dimana saja.Dengan blended learning, materi ajar dan penilaian sebagian disajikan online, sebagian tatap muka. Materi ajar yang dapat dipelajari mandiri seperti pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan keterampilan fisik sederhana disajikan dalam jaringan.Sedangkan materi ajar yang memerlukan bimbingan guru seperti praktek tetap dilakukan dengan tatap muka. Apabila menggunakan sekolah biasa (full offline class), maka kurikulum disajikan seperti biasa. Namun karena harus memperhatikan protokol keselamatan, peserta yang masuk kelas hanya bisa setengahnya dengan pola satu meja-satu peserta didik. Pola ini berisiko karena harus sangat sulit mendisiplinkan peserta didik untuk tidak melakukan kontak antar mereka. Intinya pendidikan sekarang akan emmasuki era new normal. Justru yang dimaksud new normal adalah era baru yang harusnya lebih bermutu. Kita diberi kemerdekaan memilih yang lebih baik. Mari kita memilih alternative New Normal Classroom yang tepat untk msing-masing.
Esensi belajar sesungguhnya memberi tantangan dan pengalaman pada anak. Hanya bila beban tantangan tugasnya hanya mencatat ulang buku paket atau menyelesaikan soal-soal, maka siswa hanya belajar pada level rendah. Mereka hanya belajar untuk menghafal atau mengulang gagasan yang ada di buku. Sekarang banyak guru yang mulai terbiasa memanfaatkan berbagai aplikasi untuk pembelajaran, seperti Google Classroom, Edmodo, Quizzes, Zoom, Webex, atau sejenisnya. Yang terpenting dari belajar jarak jauh ini bukan hanya pada penggunaan teknologi. Jangan sampai penggunaan teknologi hanya menggantikan tempat ceramah guru dari ruang kelas berpindah tempat melalui teknologi virtual. Banyak unsur yang lebih penting dalam menyiapkan proses belajar sekalipun dalam jarak jauh. Yang terutama adalah upaya menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa lebih banyak mengalami (berbuat atau mengamati), melakukan interaksi, komunikasi, dan ada umpan balik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga siswa dapat belajar secara bermakna. Belajar bermakna, berarti materi pembelajaran dikaitkan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Di dalam pembelajaran, siswa mendapatkan materi-materi yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-harinya.
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mendefinisikan kenormalan baru dalam pembelajaran di masa pandemi. yaitu:
1. Partisipasi aktif keluarga Ketika pembelajaran berlangsung di rumah, maka anggota keluarga harus dilibatkan menjadi fasilitator pembelajaran. Mereka dapat dilibatkan dalam memberikan bimbingan dan bantuan untuk membuat proses belajar menyenangkan bagi siswa. Tentunya hal ini perlu dukungan sekolah yang melatih peran keluarga dalam mendampingi anak belajar di rumah.
2. Pergeseran ruang belajar Satu hal yang substansial dalam proses pembelajaran bukan terletak pada gedung sekolah atau ruang kelas. Belajar sekarang terjadi di rumah, di dalam ruang pribadi anak. Pemanfaatan internet membuat ruang belajar dapat dilakukan melalui perangkat pribadi tanpa harus pergi ke suatu tempat secara fisik.
3. Pembelajaran individual dan berbeda Individual dan berbeda berarti mengajar setiap siswa harus dilakukan secara unik. Tujuan pembelajaran mungkin tetap sama untuk sekelompok siswa tetapi siswa secara individu dapat berbeda. Beberapa siswa mungkin belajar lebih baik melalui menonton video sementara beberapa perlu membaca buku bacaan. Aksesibilitas materi pembelajaran dan mendistribusikan sumber belajar dari rumah ke rumah dapat menjadi tantangan bagi guru.
(satori)
Pada masa dunia dilanda covid 19 seperti sekarang ini banyak bidang yang harus melakukan kegiatan tidak seperti biasanya. termasuk dunia pendidikan. Pembelajaran di lakukan secara online. ini tentu membutuhkan keahlian tersendiri apalagi jika dalam proses belajar tatap muka jarang menggunakan media elektronik sebagai sarana belajar. guru harus menyajikan pembelajaran secara online, tentunya menggunakan media teknologi internet. Guru harus membuat video pembelajaran ataupu menyampaikan pembelajaran secara online. Prose tanya jawab tetap dilakukan, meski misal nya melalui group group belajar. Di setiap daerah mempunyai kebijakan nya masing masing tergantung tingkat banyak atau tidak nya penduduk yang terkena wabah. Dalam menjalan kan pemebelajaran online seperti sekarang ini tentunya ada beberapa hal yang terjadi. baik itu yang baik ataupun yang kurang tepat. dari segi efektifitas misalnya. Jika ditanyakan kepada siswa tentu jawab nya beragam. ada yang merasa pembelajaran ini kurang efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran face to face.Mereka merasakan bahwa pengaplikasian pembelajaran daring yang mereka peroleh hanya berpusat pada pemberian tugas,rasio pemberian materi sangatlah kecil. Selain itu akses bertanya juga tidak seluas pada saat pembelajaran face to face, baik bertanya terhadap guru maupun teman.Jika ditanya kelebihan dan kekurangan tentunta juga ada. adapun kelebihanya: Siswa merasa lebih santai dan senang, merasa punya lebih banyak waktu dirumah bersama keluarganya, punya lebih banyak waktu beristirahat dan bersantai di rumah. tanpa harus bangun terlalu pagi dan bergegas berangkat sekolah dan menembus kemacetan ibukota.Siswa merasa lebih rileks dan tidak tegang karena dilakukan dirumah, pembelajaranpun bisa dilakukan berulang ulang. adapun pembelajaran online ini juga tentunya memiliki kekurangan seperti, harus menyediakan kuota internet yang cukup untuk mengakses materi pembelajaran, Munkin juga materi yang disampaikan sulit di fahami karean tidak disampaikan secara langsung,bisa jadi interaksi dengan teman sekolah pun terhambat. ini dari segi siswa, dari sisi orangtua tentu juga tidak kalah repotnya karena harus menjadi guru dadakan. bagi orang tua yang tidak memahami mareri pelajaran juga menjadi kendala tersendiri. Bagi guru hal ini juga menjadi tantangan baru.usaha maksimal akan dilakukan untuk memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya.
Esensi belajar sesungguhnya memberi tantangan dan pengalaman pada anak. Hanya bila beban tantangan tugasnya hanya mencatat ulang buku paket atau menyelesaikan soal-soal, maka siswa hanya belajar pada level rendah. Mereka hanya belajar untuk menghafal atau mengulang gagasan yang ada di buku. Sekarang banyak guru yang mulai terbiasa memanfaatkan berbagai aplikasi untuk pembelajaran, seperti Google Classroom, Edmodo, Quizzes, Zoom, Webex, atau sejenisnya. Yang terpenting dari belajar jarak jauh ini bukan hanya pada penggunaan teknologi. Jangan sampai penggunaan teknologi hanya menggantikan tempat ceramah guru dari ruang kelas berpindah tempat melalui teknologi virtual. Banyak unsur yang lebih penting dalam menyiapkan proses belajar sekalipun dalam jarak jauh. Yang terutama adalah upaya menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa lebih banyak mengalami (berbuat atau mengamati), melakukan interaksi, komunikasi, dan ada umpan balik dalam mengkonstruksi pengetahuan sehingga siswa dapat belajar secara bermakna.
gagasan. Ekspresi kemerdekaan dari kegalauan hati yang terpenjara dengan PSBB. Gagasan merdeka ini diharapkan memantik inspiriasi baru bagi keberlangsungan pendidikan anak-anak bangsa. Kita tidak boleh permisif bahwa karena dalam kondisi darurat maka pendidikan boleh seadanya. Justru yang dimaksud new normal adalah era baru yang harusnya lebih bermutu. Pandemi ini menunjukkan bahwa belajar jarak jauh adalah sangat mungkin dilakukan. Maka merupakan hal yang memang dipertimbangkan, belajar bukan hanya terpaku pada latihan materi, tapi pemahaman dan membangkitkan keterampilan belajar bagaimana caranya belajar bukan menumpuk materi yang hanya menumpuk saja tidak teraplikasikan ke dalam suatu project. Tapi memberikan tools berpikir perangkat berpikir kepada para generasi penerus bangsa kita untuk dapat menjadi pemikir pengembang ilmu bukan pengumpul ilmu hanya menghafal tanpa thu arti yang dihafal, janga sampai tidak tahu makna yang dihafal, sehingga sangat indah dalam mengulang menyebutkan hafalan tanpa bukti nyata apliksi dari ilmunya tersebut.Jangan sampai hafal banyak teori tapi tindakan bertolak belakang dengan teori teori yang dihafalkan diyakininya. Jangan sampai ilmu yang dimiliki tidak dilandasi dengan etika moral, sehingga bebas saja melaksanakan penelitian tanpa memandang batas etika moral.
Dalam kondisi new normal , banyak sekali isu isu memang bekembang, masing masing daertah memiliki masing masing, Kebijakan-kebijakan daerah tersebut diterjemahkan dari, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan seperti yang dirilis Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 15 Mei 2020
untuk kondisi
Beberapa alternatif yang dapat dipilih dantaranya homeschooling tanpa keterlibatan guru reguler, sekolah dengan pola fully online, sekolah dengan pola blended learning, sekolah biasa (fully offline class) dengan protokol keselamatan penuh. Namun menurut saya apapun yang di pilih semua ada kekurangan dan kelebihannya. untuk orang tua pasti lebih memilih fully online untuk keselamatan anak anaknya. Namun bagi kita guru saya pribadi, ustru yang dimaksud new normal adalah era baru yang harusnya lebih bermutu. Kita diberi kemerdekaan memilih yang lebih baik. Mari kita memilih alternative New Normal Classroom yang tepat untk msing-masing.itunyang harus kita fikirkan
Pada kondisi seperti sekarang ini dimana kasus yang terkena virus corona belum melihatkan tanda tanda penurunan, bahkan diberita berita dikatakan bahwa kasus nya semakin m,eningkat, membuat oarang tua berfikir ulang untuk melepaskan anak pergi sekolah. Meskipun pemerintah sudah membuka atau memperbolehkan anak ke sekolah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Bagi anak yang sudah dewasa seperti kuliah atau Sekolah Mengah Atas mungkin hal ini bisa dijelaskan dan dapat menjaga diri mereka. Meski agak sulit juga, Apalagi Anaka Sekolah Dasar atau Taman Kanak Kanak. Dapat dipastikan mereka belum memahami dan belum dapat menerapkan protokl kesehatan dengan baik.
Dengan kondisi seperti sekarang ini tentunya orang tua harus berfikir ulang mengizinkan anak berangkat sekolah untuk belajar secara tatap muka. Meskipun Pembelajaran tetap berlangsung, guru mengupayakan memberikan pembelajaran pada kenyataanya orang tualah yang sangat berperan penting. Karena anak berada di rumah. Sangat sulita apabila orang tua tidak ikut dalam proses nya. Program homescooling mungkin salah satu alternatif yang bisa dilakukan jika kondisi belum juga kunjung membaik.
Dalam Kondisi pandemi ini orang tua dengan guru harus saling bekerjsama, pendidikan tidak bisa lagi diserahkan sepenuhnya kepada guru. Bimbingan orang tua di rumah sangat diperlukan, meskipun guru sudah mengupayakan maksimal penyampaian materi jika siswa tidak mengikuti tentu akan menjadi sulit. Karena siswa tidak berada di samping sang guru untuk di ingatkan. Disinlah letaknya diperlukan media yang dapat menunjang proses pembelajaran. Kelas new normal ini memperbolehkan siswa datang kesekolah untuk belajar secara tatap muka meski setiap harinya hanya 50%, namun tentu sulit juga mencegah mereka berinteraksi secara langsung dengan teman nya. Karena pada dasar nya manusia itu adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi.
Kelas new normal ditengah pandemi covid- 19 dengan harus memenuhi syarat yaitu yaitu derah yang masuk ke zona hijau dengan menerapkan syarat ketat yang sesuai dengan protokol covid-19
Dilemma bagi sekolah, jika sekolah yang mempunyai ruang kelas terbatas dengan menerapkan syarat jarak 1,5 meter masing-masing siswa atau meja akan memerlukan ruang kelas yang banyak dan ruang tidak akan cukup.jika memilih kelas daring terbentur kepada keterbatasan media pembelajaran salah satunya siswa tidak mempunyai fasilitas dan sarana yang mendukung dan kemampuan ekonomi setiap siswa berbeda-beda.salah satu alternatif menggunakan pembelajaran blended learning dengan jadwal kelas, mata pelajaran, dan KD atau materi tertentu sesuai dengan kebutuhan siswa.
Pada situasi covid-19 ini kita dihadapkan dengan berbagai kebiasaan baru di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di bidang pendidikan. Tentunya ini menjadi pemikiran kita bersama untuk memilih pola pendidikan baru yang tepat dan epektif.Beberapa alternatif yang dapat dipilih diantara homeschooling, sekolah dengan fully online, sekolah dengan blenden learning, atau sekolah biasa (fully offline class). tentunya masing-masing alternatif pola pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangannya. Dengan Home schooling, peran orang tua sangat terbatas dan sulit mendisiplinkan anak untuk belajar mandiri. Untuk Fully online sataun pendidikan menggunakan learning management system. Materi ajar dan evaluasi disajikan secara online. Namun pada pelaksanannya timbul berbagai permasalahan di lapangan. Mulai dari kurang terampilnya guru menggunakan media pembelajaran, akses internet yang terbatas, siswa yang tidak punya perangkat penunjang dalam proses pembelajara. Pola blenden learning materi ajar disajikan online dan sebagian tatap muka. Apabila menggunakan sekolah biasa (full offline class) pihak sekolah harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan menerapkan sistem shif. Tentu saja pola ini memberikan rasa kekhawatiran para orang tua akan keselamatan anaknya. Namun kendala dan tantangan yang ada dalam kelas new normal menjadi kita berserah diri. Mari kita cari cara paling epetif sembari terus meningkatkan kemampuan kita dalam pembelajaran online ini.
Covid-19 yang terjadi pada Desember 2019 lalu telah merubah tatanan kehidupan manusia. Dari normal menjadi new normal dalam berbagai bidang. tak terkecuali dalam pendidikan. Dengan merebaknya wabah tersebut sampai hari ini, muncullah berbagai gagasan tentang system belajar pada masa pandemic ini, Fully online class, fully offline class dan blended learning class.
Di masa pandemic, menggunakan system belajar fully offline class merupakan hal yang membahayakan bagi siswa dan guru, menggunakan system fully online class juga bukan suatu pilihan yang brilian karena masih banyak kalangan yang keberatan terutama dalam hal biaya. Jadi, blended learning classlah yang efektif, adakalanya online adakalanya tatap muka dengan tetep memperhatikan kesehatan dan keselamatan siswa dan guru misalkan denganmenjaga jarak, dan mengurangi waktu pembelajaran atau yang lainnya. Kegiatan seperti inilah yang dimaksud kelas new normal
Memasuki tahun ajaran baru 2020/2021 pasca pandemic covid-19 ini, muncul berbagai pendapat mengenai kapan dimulainya pembelajaran baru (tatap muka guru dan murid). Dilema memang, ketika dunia pendidikan menuntut anak-anak dapat belajar dengan normal seperti biasa sedangkan orang tua masih khawatir dengan keselamatan anak nya jika masuk sekolah seperti biasa, namun orang tua juga merasa “berat” ketika anak-anak belajar madiri di rumah karena berbagai macam alasan.
Maka beberapa alternative pola pembelajaran pun disampaikan oleh para ahli, mulai dari Homeschooling hingga sekolah biasa (fully offline class) dengan protokol keselamatan penuh. System mana pun yang digunakan, harus mengacu pada kondisi masing-masing daerah. Jika daerah zona hijau, bisa saja memilih sekolah biasa dengan protocol kesehatan, namun zona yang belum hijau tentu harus lebih menyesuaikan seperti lebih memilillih online class, namun tetap saja perlu kerja keras pemerintah, sekolah dan guru juga untuk meyediakan sarana dan prasarana yang memadai, guru harus bisa memberikan pelajaran menarik dan mudah dimengerti dan tak kalah pentingnya tidak menyulitkan siswa ataupu orang tua. Sehingga proses pembelajaran ini dapat terus berlangsung, anak-anak tetap dapat terus belajar.
Pandemi Covid 19 melanda dunia dan khususnya di Indonesia sudah hampir 6 bulan. Sekarang ini kita memasuki New Normal. Semua sektor mengalami New Normal tanpa kecuali sektor pendidikan. Di New Normal sudah mulai ada aktifitas walaupun masih terbatas dan tetap dengan protokol kesehatan.
Dalam Tribun Jogja, kementerian menegaskan bahwa tahun ajaran baru 2020 / 2021 tetap akan dimulai pada 13 Juli 2020. Namun pengumuman tersebut tidak berarti bahwa siswa belajar di sekolah seperti biasa. Pemerintah daerah, satuan pendidikan, guru dan orang tua harus memilih strategi mendidik anak-anak untuk setidaknya setahun kedepan. Sangat tidak bijak apabila orang tua dan guru membiarkan anak-anak tinggal di rumah tanpa ada pendidikan yang terstruktur. Oleh karena itu satuan pendidikan, guru dan orang tua harus memilih pola pendidikan. Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh guru dan orang tua:
1. Homeschooling
Alternatif ini bisa dipakai bagi orang tua terbatas untuk orang tua yang memiliki wawasan, keberanian dan kesepakatan dengan anak-anak untuk belajar tanpa keterlibatan guru reguler. Walaupun keuntungan dari Homeschooling itu adalah waktu belajar yang fleksibel, anak dapat mengembangkan bakatnya, anak mendapatkan istirahat yang cukup, orang tua dapat mengawasi pergaulan anaknya, tetapi ada juga kerugiannya yaitu Anak yang homeschooling biasanya memiliki kehidupan sosial yang kurang luas, sehingga dia kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial. Belum ada standarisasi kurikulum. Dan juga kurang memiliki daya saing karena sekolah merupakan salah satu tempat terbaik untuk melatih jiwa kompetitif anak.
2. Fully online
Alternatif ini dimana satuan pendidikan menggunakan learning management system (LMS). Materi ajar dan evaluasi disajikan seluruhnya dalam jaringan. Termasuk praktek yang disajikan melalui simulasi, self-experimenting dan virtual laboratory. Guru bekerja sama dengan orang tua menjadi tutor, dan sesekali guru menggunakan tele meeting dengan aplikasi. Mungkin kekurangan dari fully online adalah orang tua harus siap dengan kuota yang cukup besar, belum perangkat yang digunakan seperti HP cepat lowbath, belum HP penuh notif, dan bagi siswa yang sering menunda belajar, ini bisa menjadi masalah serta orang tua dituntut serba bisa.
3. Blended Learning
Pada alternatif ini materi ajar dan penilaian sebagian disajikan online, sebagian tatap muka. Materi ajar yang dapat dipelajari mandiri seperti pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan keterampilan fisik sederhana disajikan dalam jaringan. Sedangkan materi ajar yang memerlukan bimbingan guru seperti praktek olah raga, praktek ibadah, praktek perbengkelan dan praktek di laboratorium dilakukan dengan tatap muka. Dalam sesi tatap muka harus diikuti protokol keselamatan. Harus ada jarak antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik.
Saya setuju alternatif yang paling memungkinkan yaitu Blended Learning. Dibanding yang lainnya Blended Learning lebih banyak keuntungannya dimana kurikulum nasional regular masih dapat diterapkan meskipun harus dipilih materi yang substantif saja, Pembelajaran dengan Blended Learning ruang kelas akan memadai bahkan akan lebih irit karena satu kelas dapat dipakai bergantian. Guru sebagai model secara fisik masih dapat dipertahankan untuk pembelajaran sikap. Pada pembelajaran ini peserta didik memperoleh bimbingan dalam kompetensi keterampilan dan sikap. Terakhir …dengan Blended Learning lebih efisien karena mengirit kelas, mengirit waktu, mengirit biaya operasional, mengurangi kemacetan dan sejeisnya.
Pembelajaraan dengan tatap muka kelas normal baru memang sudah dirindukan oleh peserta didik, orang tua dan guru. Kondisi pandemi yang sempat melandai khususnya di ibu kota Jakarta sepertinya menjadi angin segar akan diberlakukannya new normal.
Pemberlakuan new normal dilakukan secara bertahap dan tetap mengikuti protokol kesehatan.. Tidak semua tempat dan kegiatan serta merta di buka. seperti Pasar, Mall, perkantoran dan rumah ibadah boleh beroperasi dengan pengawasan. terutama daerah zona merah.
sedangkan untuk sekolah dan universitas belum di izinkan beroperasi. karena mereka rentan tertular virus. Terutama siswa Sekolah Dasar. Orang tua pun sebagian besar menginginkan anaknya tetap belajar di rumah.
Suka Cita Pemberlakuan new normal tidalk berlangsng lama. Sehari setelahnya, kasus covid justru bertambah khususnya daerah perkotaan seperti DKI Jakarta. Hal ini menyebabkan beberapa daerah memperpanjang PSBB. Implikasi dari perpanjangan PSBB ini adalah diberlakukannya PJJ tahap 2.
Dengan pemberlakuan PJJ tahap 2 ini membuat para pengambil kebijakan di bidang pendidikan dan para guru juga orang tua berpikir dengan keras. Bagaimana menemukan formulasi yang tepat agar siswa tetap nyaman belajar dirumah.
Model pembelajaran home schooling menjadi alternatif bagi orang tua. terutama orang tua yang menginginkan anaknya mendapatkan hasil belajar yang baik. Apalagi hasil evaluasi dari PJJ tahap 1, rata-rata hasil belajar siswa mengalami penurunan nilai secara signifikan. Karena ketebatasan orang tua dalam membimbing anaknya maka orang tua yang memiliki keuangan memadai dapat mendatangkan guru untuk anaknya.
Memulai kelas normal baru dengan moving kelas , pembatasan jumlah siswa yang masuk, pembelakuan 1 siswa 1 meja, menurut saya juga bagus untk diterapkan. Hanya saja harus ada pengawasan yang ketat agar anak tidak berinteraksi dengan teman sekelasnya dalam jangka waktu yang lama. Melarang siswa jajan di sekolah, mengatur orang tua yang mengantar dan menjemput siswa juga harus dipikirkan. Jangan sampai tujuan membuka kelas normal baru menjadi bencana baru.
Kelas New Normal, bukan berarti kelas seadanya. Kelas New Normal jg membuat kita semua memulai untuk memilih suatu kebiasaan belajar baru. Baik Blended learning atau fully online keduanya bs dipilih disesuaikan dg kondisi sekitar kita. Namun yg terpenting dr keduanya adalah sikap belajar mandiri yg harus kuat ditanamkan. Agar nantinya kita bs belajar dr berbagai sumber dg penuh rasa tanggung jawab sehingga kelas new normal ini bs terbentuk sesuai dg harapan.
Pandemi Covid 19 melanda dunia dan khususnya di Indonesia sudah hampir 6 bulan. Sekarang ini kita memasuki New Normal. Semua sektor mengalami New Normal tanpa kecuali sektor pendidikan. Di New Normal sudah mulai ada aktifitas walaupun masih terbatas dan tetap dengan protokol kesehatan.
Dalam Tribun Jogja, kementerian menegaskan bahwa tahun ajaran baru 2020 / 2021 tetap akan dimulai pada 13 Juli 2020. Namun pengumuman tersebut tidak berarti bahwa siswa belajar di sekolah seperti biasa. Pemerintah daerah, satuan pendidikan, guru dan orang tua harus memilih strategi mendidik anak-anak untuk setidaknya setahun kedepan. Sangat tidak bijak apabila orang tua dan guru membiarkan anak-anak tinggal di rumah tanpa ada pendidikan yang terstruktur. Oleh karena itu satuan pendidikan, guru dan orang tua harus memilih pola pendidikan. Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih oleh guru dan orang tua:
1. Homeschooling
Alternatif ini bisa dipakai bagi orang tua terbatas untuk orang tua yang memiliki wawasan, keberanian dan kesepakatan dengan anak-anak untuk belajar tanpa keterlibatan guru reguler. Walaupun keuntungan dari Homeschooling itu adalah waktu belajar yang fleksibel, anak dapat mengembangkan bakatnya, anak mendapatkan istirahat yang cukup, orang tua dapat mengawasi pergaulan anaknya, tetapi ada juga kerugiannya yaitu Anak yang homeschooling biasanya memiliki kehidupan sosial yang kurang luas, sehingga dia kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial. Belum ada standarisasi kurikulum. Dan juga kurang memiliki daya saing karena sekolah merupakan salah satu tempat terbaik untuk melatih jiwa kompetitif anak.
2. Fully online
Alternatif ini dimana satuan pendidikan menggunakan learning management system (LMS). Materi ajar dan evaluasi disajikan seluruhnya dalam jaringan. Termasuk praktek yang disajikan melalui simulasi, self-experimenting dan virtual laboratory. Guru bekerja sama dengan orang tua menjadi tutor, dan sesekali guru menggunakan tele meeting dengan aplikasi. Mungkin kekurangan dari fully online adalah orang tua harus siap dengan kuota yang cukup besar, belum perangkat yang digunakan seperti HP cepat lowbath, belum HP penuh notif, dan bagi siswa yang sering menunda belajar, ini bisa menjadi masalah serta orang tua dituntut serba bisa.
3. Blended Learning
Pada alternatif ini materi ajar dan penilaian sebagian disajikan online, sebagian tatap muka. Materi ajar yang dapat dipelajari mandiri seperti pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual dan keterampilan fisik sederhana disajikan dalam jaringan. Sedangkan materi ajar yang memerlukan bimbingan guru seperti praktek olah raga, praktek ibadah, praktek perbengkelan dan praktek di laboratorium dilakukan dengan tatap muka. Dalam sesi tatap muka harus diikuti protokol keselamatan. Harus ada jarak antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik.
Saya setuju alternatif yang paling memungkinkan yaitu Blended Learning. Dibanding yang lainnya Blended Learning lebih banyak keuntungannya dimana kurikulum nasional regular masih dapat diterapkan meskipun harus dipilih materi yang substantif saja, Pembelajaran dengan Blended Learning ruang kelas akan memadai bahkan akan lebih irit karena satu kelas dapat dipakai bergantian. Guru sebagai model secara fisik masih dapat dipertahankan untuk pembelajaran sikap. Pada pembelajaran ini peserta didik memperoleh bimbingan dalam kompetensi keterampilan dan sikap. Terakhir …dengan Blended Learning lebih efisien karena mengirit kelas, mengirit waktu, mengirit biaya operasional, mengurangi kemacetan dan sejeisnya.
Posting Komentar