Oleh Asip Suryadi
Guru inspiratif,
mari sepintas mengenal teknologi online yang sedang berkembang sekarang
ini. Pengetahuan kita mengenai teknologi online sangat penting bagi kita
sebagai pengembang instruksional dan penyelenggara pembelajaran online.
Jangan sampai kita berpikir masih di zaman kolonial padahal teknologi sudah ada
di zaman virtual. Berikut sekilas informasi mengenai perkembangan teknologi
jaringan (internet) dan relevansinya dengan media pembelajaran.
Anda tentu pernah
mendengar istilah media Web 1.0 (baca web one point zero), Web 2.0, dan
Web 3.0. Itu adalah istilah dari generasi internet yang senantiasa dinamis
dan berkembanga sangat cepat. Sebuah revolusi teknologi jaringan yang sekarang
sudah sampai ke gereasi Web 3.0 dan saya kira akan segera berganti ke
generasi berikutya. Pada generasi ini internet memiliki kapasitas yang kita
lihat dan rasakan sekarang. Mari kita selidiki sekilas.
Generasi Web 1.0
Generasi
teknologi web pertama disebut Web 1.0 yang berkembang mulai tahun 1992 sampai
2000. Pada generasi ini website dibangun menggunakan halaman HTML statis
yang hanya memiliki kemampuan untuk menampilkan informasi namun tidak
memungkinkan pengguna untuk mengubah data dan beriteraksi. Selain itu pola
komunikasi dan penyampaian informasi hanya satu arah. Media sosial seperti email, Gopher, Amazone, e-Bay
dan sejenisnya yang muncul sebelum 2002 hanya digunakan oleh individu kepada
individu secara searah.
Generasi Web 2.0
Generasi kedua
adalah Web 2.0 yang lahir pada sekitar awal tahun 2000-an. Teknologi ini
membawa perubahan dari web yang statis ke arah yang lebih dinamis. Beberapa
ciri dari teknologi ini diantaranya pengguna dapat melakukan data browse
menggunakan teknologi browser seperi Google, Edge, Chroom misalnya.
Berikutnya melalui teknologi Web
2.0 pengguna dapat berinteraksi melalui penggunaan database, formulir dan
sosial media. Selain itu pengguna dapat membuat konten dan mengubahnya. Bahkan beberapa
orang dapat berkolaborasi mengubah data atau konten informasi bersama-sama. Wikipedia
misalnya, adalah ensiklopedia yang ditulis oleh banyak orang yang berada di belahan
bumi berbeda.
Melalui
teknologi Web 2.0 tersebut bermunculan media yang dapat digunakan oleh
banyak orang untuk berbagi informasi dengan cepat dalam berbagai format sajian.
Google, Yahoo, Wikipedia adalah media
yang termasuk pionir dari media social yang berbasis massal dilansir sekitar
tahun 2001. Berikutnya linked, skype,
iTone dan iPods yang diluncurkan Apple
tahun 2003. Fiendster, MySpace, Facebook
muncul berikutnya sekitar tahun 2003. Jadi Web 2.0 menyajikan fasilitas lebih
sedikit observasi dan lebih banyak tentang partisipasi dengan pola interaksi
semua untuk semua.
Kita dapat
mengatakan bahwa Web 2.0 berhasil menghubunkan individu-individu kedalam
komunitas. Makanya dikatakan bahwa teknologi Web 2.0 bersifat connecting
people. Individu dari seluruh dunia dapat tersambung antara satu dengan
lainnya. Facebook sebagai salah satu contoh media sosial yang lahir di
zaman tersebut dapat menyambugkan kembali teman sekolah yang lulus 20 tahun
lalu padahal mereka tersebar di berbagai belahan dunia.
Generasi Web 3.0
Berikutnya
adalah generasi Web 3.0. Ini adalah teknologi revolusioner dalam sejarah
peradaban manusia. Melalui teknologi ini lahir aplikasi-aplikasi supercerdas
seperti semantic web (penelusuran informasi lewat kata kunci), natural
language processing (perintah menggunakan suara digital), open-source,
artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, 3D
printing dan Internet of Things (IoT). Melalui teknologi tersebut manusia
banyak menghasilkan produk yang tidak dapat terbayangkan sebelumnya. Dulu kita
tidak dapat membayangkan dapat mematikan listrik di rumah semenara kita berada
di tempat yang jauh. Atau membuat replikasi anggota tuguh menggunakan 3D
printing. Dulu tidak terbayang orang yang berada di tempat yang jauh dapat
melakukan interaksi belajar dengan seorang guru melalui aplikasi seperi Learning
Management System (LMS) atau MOOC (Massive Open Online Course).
Selain itu
teknologi ini memugkinkan digunakannya fungsi peer-to-peer (P2P). Yaitu salah
satu model jaringan komputer yang terdiri dari dua atau beberapa komputer,
dimana setiap komputer yang terdapat di dalam lingkungan jaringan tersebut bisa
saling berbagi. Bahkan untuk membuat jaringan peer-to-peer dengan dua
komputer, kita tidak perlu menggunakan hub atau switch, namun cukup menggunakan
1 kabel UTP yang dipasangkan pada kartu jaringan masing-masing komputer.
Misalnya, dengan fasilitas cloud drive seperti Google Drive, Dropbox,
OneDrive dan sejenisnya, beberapa orang dapat membagi data dengan mudah.
Yang lebih hebat lagi, aplikasi tersebut menyajikan fasilitas berkolaborasi
dalam menciptakan dan mengelola data.
Implikasi dalam Pendidikan
Revolusi
teknologi informasi dan komunikasi di atas luar biasa. Tapi mengapa revolusi
tersebut di negeri ini tidak serta merta memicu rovolusi pendidikan? Sampai
hari ini sebagian besar, malah hampir semua kelas kita berdinding 4, sementera
di negeri orang sudah dibangun kelas tanpa dinding. Padahal 70 tahun yang lalu Ki
Hajar Dewantara pernah mengungkapkan konsep “belajar tiga dinding”. Maksud Ki
Hajar, satu diding kelas harus dibuka lebar-lebar agar anak-anak dapat belajar
dari dunia nyata. Konsep tersebut juga menyiratka bahwa guru bukanlah satu-satunya
sumber belajar karena lingkungan adalah sumber belajar yang sebenarnya.
Anak-anak harus belajar dari temannya, dari petani, dari tokoh masyarakat,
pelaku industry, teknokrat, hutan, sawah, jalan, pabrik dan sejenisnya.
Pada
zaman Ki Hajar tentu belum terbayangkan bahwa akan terjadi revolusi teknologi
informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Beliau hanya membuka satu
dinding saja. Tiga dinding lainnya harus dipertahankan karena anak-anak harus
tetap pergi ke sekolah. Dengan filosofi Ki Hajar, pada era teknologi Web 3.0
kita bisa mengembangkan konsep kelas tanpa dining. Kalau saja Ki Hajar
Dewantara mengalaminya. Bukan tidak mungkin Beliau akan menggagasnya.
Yang dimaksud
dengan kelas tanpa dinding pada zaman teknologi Web 3.0 adalah
pendidikan open-distributed-mobile learning. Konsep ini
dapat menyajikan Pendidikan Untuk Semua dalam bentik pendidikan formal,
informal maupun nonformal. Dengan menggunakan teknologi ini anak-anak
yang tidak mungkin atau kesulitan untuk pergi ke sekolah pun dapat mengikuti pendidikan
bermutu.
Contoh penerapan
teknologi ini dalam pendidikan formal misalnya penggunaan pola blended
learning (gabungan tatap muka-nontatapmuka). Kurikulum disajikan online menggunakan
Learning Management System (LMS) sehingga pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja. Pertemuan dengan guru dapat dilakukan sebagian online
dan sebagian lagi tatap muka fisik. Peserta didik hanya datang ke
sekolah/madrasah pada jadwal tertentu saja, materi ajar menggunakan beragam
sumber belajar baik yang tersaji dalam jariangan maupun yang konvensional, dan pembelajaran
disajikan menggunakan model dan metode pembelajaran beragam agar menarik dan
sesuai dengan gaya beajar personal peserta didik.
Tentu pola
tersebut banyak kekurangan yang harus dipoles. Sebagai sebuah inovasi, tentu memerlukan
proses difusi yang memerlukan waktu. Namun demikian bisa diprediksi banyak
kelebihan. Darsi segi sarana misalnya, bisa menanggulangi kekurangan ruang
kelas fisik dan perangkatnya. Karena peserta didik tidak setiap hari ke
sekolah/madrasah, sebuh ruangan dapat digunakan bergantian. Dari segi SDM, dapat
menaggulangi kekurangan pendidik dan tenaga kepandidikan. Dari segi lingkungan,
pola ini dapat mengurangi kemacetan lalu lintas dan polusi karena anak-anak
tidak harus berkendaraan setiap hari untuk pergi ke sekolah/madrasah. Yang luar
biasa, apabila pola ini diterapkan dengan benar maka akan membangun budaya
belajar sepanjang hayat, belajar madiri dan komunitas belajar tanpa batas.
Untuk
mengendalikan mutu pola ini harus diuji coba terlebih dahulu di lingkungan
terbatas dan terus menerus disempurnakan. Selain itu perlu dibangnun sistem pengawasan,
supervisi, pelatihan dan evaluasi yang berbeda.
Saya kira kita
tidak akan mengatakan itu tak mungkin dilakukan. Justru kita harus mengatakan
itu keniscayaan. Tentu saja untuk sekarang ini bukan untuk semua kondisi, tapi
dimulai dari lingkungan yang kondisinya sudah memungkinkan. Berdasarkan
pengalaman saya ikut serta dalam mengelola pendidikan jarak jauh online
dalam bidang kediklatan, yang sulit dalam menerapkan pola ini adalah tekad yang
kuat dan investasi sarana dan prasarana awal. Selain itu tidak ada yang berat. Namun
sekarang ini teknologi sudah beragama sehingga dapat dipilih sesuai dengan kekuatan
biaya. Selain itu sudah sangat mudah dan murah sehingga investasi tidak menjadi
kendala utama. Kalau memiliki tekad yang kuat, kita dapat membangun pola pendidikan
seperti itu dalam 3 tahun untuk menjadi mapan.
Jadi, revolusi
teknologi Web 3.0 yang telah merevolusi cara kita berkomunikasi, bergaya dan
berbelanja online, mari mulai kita gunakan untuk membangun kelas tanpa
dinding untuk memfasilitasi anak-anak kita belajar tanpa penjara.
Sumber
Sumber Gambar: https://www.shutterstock.com/search/kid+horizon
19 comments:
Perkembangan pembelajaran online dan sekilas mengenai perkembangan internet dan relevansinya ke pendidikan. Adapun istilah untuk generasi internet ada 3, yaitu:
1. generasi web 1.0, merupakan generasi pertama (mulai tahun 1992-2000),generasi ini web dibangun dengan halaman HTML statis yang memiliki kemampuan menampilkan informasi tapi pengguna tidak bisa berinteraksi dan mengubah data
2.generasi web 2.0,muncul pada awal tahun 2000-an, dimana pada generasi ini data sudah bisa diubah dan pengguna bisa membuat konten. Bahakan orang bisa berkolaborasi mengiubah data dan membuat konten. Adapun aplikasi yang paling populer Adalah facebook, dimana bisa menghubungkan orang-orang walaupun jarak yang berjauhan.
3.generasi web 3.0, merupakan generasi yang super canggih karena lahirlah aplikasi seperi semantic web, natural language processing dan lain-lain. Dengan aplikasi tersebut, sekarang siswa bisa belajar jarak jauh dengan gurunya, melalui aplikasi LMS atau MOOC.Selain itu ada juga yang menggunakan P2P yaitu jaringan komputer yang terdiri atas 2/3 komputer.Bahkan ad yang tidak perlu menggunakan switch, cukup m1 kabel UTP yang dipasangkan pada kartu jaringan masing-masing. Misalnya clouddrive (googledrive, dropbox atau onedrive)
Implikasinya dalam pendidikan bisa dengan Kurikulum disajikan online menggunakan Learning Management System (LMS) sehingga pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pertemuan dengan guru dapat dilakukan sebagian online dan sebagian lagi tatap muka fisik. Peserta didik hanya datang ke sekolah/madrasah pada jadwal tertentu. Walaupun hal ini butuh proses tapi bukannya tidak mungkin dilakukan. Namun sekarang ini teknologi sudah beragama sehingga dapat dipilih sesuai dengan kekuatan biaya. Selain itu sudah sangat mudah dan murah sehingga investasi tidak menjadi kendala utama. Kalau memiliki tekad yang kuat, kita dapat membangun pola pendidikan seperti itu dalam 3 tahun untuk menjadi mapan. Intinya generasi web 3,0-lah yang merubah gaya komunikasi kita, misalnya bergaya dan belanja online. Sudah saatnya kita mencoba menggunakannya untuk membangun kelas tanpa dinding sehingga siswa tidak merasa terkungkung dan bisa mengikuti jejak negara maju.
Dari artikel diatas, dapat saya komentari yaitu teknologi web berkembang dengan pesatnya menuju ke era Web 3.0. Pada era ini, internet akan semakin cerdas dan memahami informasi sehingga dapat dijadikan asisten pribadi kita. Teknologi Web 3.0 didukung oleh teknologi seperti Web Semantik, API, Mashup, 3D Web, dan sebagainya. Di samping memiliki kelebihan yang telah disebutkan, teknologi ini memiliki kelemahan yang tidak boleh diabaikan dalam hal masalah privasi, keamanan, dan sosial¬budaya. Untuk itu, perlu segera dicari solusi untuk mengatasi permasalahan ini sehingga dampak negatif teknologi Web 3.0 dapat diminimalisasi. Apabila dapat diatasi, bukan tidak mungkin teknologi ini akan booming di masa yang akan datang.
Dari artikel di atas, pelaksanaan kelas tanpa dinding itu memang tidak bisa dibendung, dengan adanya pandemi ini makin menunjukkan bagaimana kelas tak terbatas dining, bahkan tak terbatas negara. Guru guru siap siap bersaing secara global, tidak tertutup kemungkinan murid lebih memilih bersekolah daring di sekolah luar negeri yang lebih memiliki modul modul yang menjawab tantangan zaman. Kita jangan hanya berpikir kita mengikuti jejak negara maju, KITA HARUS SUDAH maju, dan bentuk peraturan hukum nya yang melindung kedaulatan bangsa ini. Terbukti di masa pandemi ini, teknologi cepat sekali dikuasai dengan keterpaksaan semua didorong untuk berubah menggunakan teknologi, dan tidak tertutup kemungkinan memang bahwa penggunaan kelas tanpa dinding ini akan diteruskan setelah pandemi, karena terbukti bahwa pembelajaran sudah dapat dilakukan dengan fasilitas daring yang ada. Untuk setoran hafalan Al Qur'an, guru dan siswa bisa via video conference, siswa setoran guru dapat mendengarkan dan mengoreksi bacaan, sama saja dengan kalau sedang offline, siswa dan guru saling melihat dan suara saling terdengar. Untuk praktek alat peraga tiga dimensi, jika siswa masih kurang paham juga dengan tayangan virtual reality tiga dimensi, maka gambar tiga dimensi di layar juga dapat dimunculkan di ruangan secara 4 dimensi , muncul di tengah ruangan bisa di klik. Kita semua harus terus berinovasim menjadi Pengembang Teknologi, bukan menjadi korban perkembangan teknologi.
Seiring dengan perkembangan teknologi dunia pendidikan juga mengalami kemajuan. Teknologi. Dari artikel di atas kelas tanpa dinding memang sudah ada negara maju yang melakukan. sebagai seorang guru tentu menjadi tantangan tersendiri pada kondisi ini. Jika kita ingin menjadi negara maju khusunya di bidang pendidikan, kita harus siap dan punya keinginan juga untuk maju. Pada prinsip nya kemajuan teknologi sangat membantu dalam menjalankan proses belajar mengajar. jika Pembelajaran di lakukan dengan teknologi canggih, tidak harus dilakukan di dalam satu ruangan. Pendidikan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Dari artikel diatas. Jelas dari waktu kewaktu teknologi terus berkembang cepat dan pesat, dari istilah media Web 1.0.sampailah pada generasi Web 3.0. Ini adalah sebuah teknologi revolusioner dalam sejarah peradaban manusia, bukan sebuah kemustahilan tapi sebuah keniscayaan. Melalui teknologi ini lahir aplikasi-aplikasi supercerdas seperti semantic web (penelusuran informasi lewat kata kunci), natural language processing (perintah menggunakan suara digital), open-source, artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, 3D printing dan Internet of Things (IoT). Melalui teknologi tersebut manusia banyak menghasilkan produk yang tidak dapat terbayangkan sebelumnya, tidak terbayang orang yang berada di tempat yang jauh dapat melakukan interaksi belajar dengan seorang guru melalui aplikasi seperi Learning Management System (LMS) atau MOOC (Massive Open Online Course)
Kita tidak berada di zaman kolonial lagi, tapi kita sudah berada di teknolobi virtual, Web 3.0 telah merevolusi cara kita berkomunikasi, bergaya dan berbelanja online, mulai kita gunakan untuk membangun kelas tanpa dinding untuk memfasilitasi anak-anak kita belajar tanpa penjara.
Perkembangan sumber daya manusia yang semakin hari semakin berkembang, tak urung dalam peningkatan di bidang website pun semakin meningkat. Boleh dikatakan bahwa website di era ’80 an merupakan website 1.0 dan di era sekarang merupakan website 2.0. Lalu apa yang membedakan antara website 1.0 dengan website 2.0? Kalau kita lihat ada banyak sekali perkembangan yang terjadi. Misalnya saja kalau jaman dahulu di website 1.0 user hanya bisa melihat informasi saja, kalau di jaman sekarang website 2.0 kita user bisa berkomunikasi dengan lebih fleksibel.
Paad zaman Millenil seperti sekarang ini banyak hal yang sudah dilakukan secara online. Perkembang teknologi menjadi kita harus terus berpacu dalam berbagai hal, sesuatu bisa dilakukan dengan mudah, berita dunia sudah tidak perlu lagi datang ke dunia tersebut untuk mengetahuinya. Namun cukup menggunakan teknologi canggih. Sebagai seorang guru pengetahuan kita sangat penting untuk mengetahui teknologi canggih seperti sekarang ini. Seperti yang disebut teknologi onlne . Sehingga dalam pembelajaran online seperti sekarang ini sudah tidak bingung dan gagap teknologi lagi.
Istilah media Web 1.0 (web one point zero), 2.0 dan 3,0 pernah saya dengar meski belum menguasinya pada zaman itu karena merasa belum begitu membutuhkanya. Namun sekarang ternyata perkembanganya begitu cepat. Generasi dimana internet menjadi salah satu penunjang perkembangan teknologi yang begitu pesat yang dapat kita rasakan sekarang ini.
Perkembangan media web dari web 1.0, 2.0 dan bahkan sekarang sudah web 3.0 , semakin lama semakin canggih, dari web 1.0 yang berpusat hanya pada satu sumber sampai web 3.0 yang demikian lebih canggih. Dimana Proses Belajar Mengsajajar saja dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka secara face to face, namun dapat dihadirkan Pelaku pendidikan nya meski jaraknya jauh.
Perkembangan teknologi yang begitu canggih di negeri ini mungkin belum dapat dilakukan dengan baik, sehingga dunia pendidikan di negeri ini belum dapat disamakan dengan dunia pendidikan yang terdapat di negara maju. Hal ini tentu dipengaruhi oleh baerbagai faktor. Baik faktor pemerintah nya yang mungkin belum dapat mendukung sepenuhnya, buktinya masih ada daerah yang jaringan internet saja belum ada. Bagaimana melaksanakan teknologi ini jika jaringan internet nya belum ada. Ditempat yang internet nya sudah kuat saja belum banyak yang melakukan model belajar canggih ini. Begitu juga dengan faktor intern dari sekolah nya, seperti guru. Mungkin saat ini masih ada guru yang belum menguasai teknologi secara canggih apalagi menjalankan dan menaplikasikanya. Penggunakan teknologi canggih ini mungkin saja bisa di lakukan di sekolah sekolah dengan berbekal kemauan dan semangat yang kuat serta didukung oleh pengadaan sarana oleh pihak tertentu seperti pemerintah. Dengan niat dan semangat saya yakin semua bisa dilakukan
KOmentar yang menarik
Dari artikel di atas, jelas terlihat perkembangan teknologi berkembang pesat dari waktu ke waktu. salah satu kemajuan teknologi ini adalah perkembangan media web yang dimulai dari generasi web 1.0 yang berpusat hanya ada sumber sampai kegenerasi web 3.0 yang begitu canggihnya. Dimana semua orang bisa berkomunikasi dan mengakses sumber informasi darimanapun dan kapanpun. Proses belajar mengajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa harus bertatap atau dengan kata lain kelas tanpa dinding. Kemajuan teknologi web ini menjadi keniscayaan bagi kita untuk terus mengupdate, meningkatkan keterampilan dan pengetahuan teknologi untuk dimanfaatkan dalam mewujudkan pembelajaran berbasis digital. saat ini kita telah terbiasa dan sering menggunakan aplikasi online yang ada dalam keseharian kita. sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi yang ada sekreatif dan inovatif mungkin untuk mewujudkan kelas tanpa dinding.
Bayangan kelas adalah suatu ruang dengan tembok2 yang kokoh dimana didalam nya terjadi interaksi antar guru dengan siswa atau antar siswa dengan siswa. Dengan perkembangan teknologi gambaran kelas tersebut tidak lagi berlaku. Perkembangan teknologi mengubah bayangan tersebut.
Di bidang teknologi terjadi perkembangan dari generasi internet web 1.0 sampai web 3.0. Adapun istilah untuk perkembangan teknologi Web 1.0 mulai tahun 1992-2000 dimana generasi web ini dibangun dengan halaman HTML statis yang memiliki kemampuan menampilkan informasi tapi pengguna tidak bisa berinteraksi dan mengubah data. Pada generasi web 2.0,muncul pada awal tahun 2000-an, dimana pada generasi ini data sudah bisa diubah dan pengguna bisa membuat konten. Bahakan orang bisa berkolaborasi mengubah data dan membuat konten. Aplikasi yang paling populer adalah facebook, dimana bisa menghubungkan orang-orang walaupun jarak yang berjauhan. Selanjutnya generasi web 3.0, merupakan generasi yang super canggih karena lahirlah aplikasi seperti semantik web, natural language processing dan lain-lain. Aplikasi tersebut membuat siswa bisa belajar jarak jauh dengan gurunya, melalui aplikasi LMS atau MOOC. Selain itu ada juga yang menggunakan P2P yaitu jaringan komputer yang terdiri atas 2/3 komputer.Bahkan ad yang tidak perlu menggunakan switch, cukup m1 kabel UTP yang dipasangkan pada kartu jaringan masing-masing. Misalnya clouddrive (googledrive, dropbox atau onedrive)
Implikasi kemajuan teknologi dari perkembangan web dalam pendidikan dapat mengubah Kurikulum yang disajikan secara online menggunakan Learning Management System (LMS) sehingga pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Adapun pertemuan dengan guru dapat dilakukan sebagian online dan sebagian lagi tatap muka fisik (blended learning). Peserta didik hanya datang ke sekolah/madrasah pada jadwal tertentu. Perkembangan teknologi ini merevolusi cara kita berkomunikasi, bergaya belanja, namun itu semua sesuai dengan kekuatan biaya. Revolusi web 3.0 ini juga dapat digunakan membangun kelas tanpa dinding untuk memfasilitasi anak-anak kita belajar tanpa penjara.
Menarik sekali pernyataan bapak tentang peroses pembelajaran menggunakan pola blended (gabungan tatap muka dan non tatap muka.dalam peroses pembelajaran non tatap muka siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja.siswa tidak perlu datang ke sekolah setiap hari menghemat waktu,tenaga, ekonomi juga.bagi siswa yang kehidupan ekonominya menengah kebawah,ketika mereka tidak pergi ke sekolah mereka tidak mengeluarkan biaya untuk membeli BBM bisa dialihkan ke membeli kuota, selain itu waktu mereka bisa sambil bekerja membantu orangtua tanpa khawatir ketinggalan pelajaran.namun pembelajaran ini dikondisikan dengan baik,seprti yang bapak katakan perlu kurikulum pembelajaran online,perlu pembiasaan dulu sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan.siswa pergi ke sekolah ketika perlu misalnya konsultasi dengan guru mengenai pelajaran yang dirasa perlu untuk tatap muka dengan guru bersangkutan. Dan bagi guru mengadakan pembelajaran tatap muka hanya dengan materi-materi tertentu yang memang memerlukan tatap muka langsung dengan siswa.guru mennyajikan materi belajar menggunakan model,metode, dan media belajar variatif sehingga yang menarik oleh siswa dan guru berperan sebagai tutor dan fasilitator saja selebihnya otonomi siswa untuk menyelesaikan tugasnya berbagai media yang mereka inginkan sehingga memberikan pengalaman belajar lebih menyenangkan dan bervariaitif.
Dari artikel di atas, dapat difahami bahwa negara yang maju dalah negara yang dapat menggunakan dan mengoptimalkan perkembangan da n kemajuan teknologi. dan sebaliknya negara yangtertinggal adalah negara yang kurang dan bahkan tidak dapat memanfaatkan perkembangan teknologi. Negara kita, jika ingin maju mari kita mengembangkan dann menggunakan teknologi tersebut. Hal ini, mari dimulai dari metode pengajaran dalm bidang pendidikan. Metode belajar tanpa dinding adalah metode yang sangat relevan di saat ini. Dimana kita bisa belajar dan mengajar tanpa kenal tempat dan waktu. Bisa belajar kapanpun dan dimanapun Dengan bimbingan dan bantuan Fasilitator yaitu guru. Mudah-mudahan jika metode in dimulai oleh Fasilitator, pembelajaran jadi menarik bagi siswa untuk terus mengexplore dirinya, sehingga terus belajar dan berinovasi dalam menyongsong kehidupan mereka yang cerah.
Artikel yang sangat menarik mengenai perkembangan dunia teknologi informasi. alhamdulillah perkembangan dari generasi web 1.0, web 2.0 dan 3.0 pernah dan sedang "menikmatinya". dapat kita lihat dari tahun 1992 hingga sekarang 2020 yang bahkan belum sampai setengah abad, namun perkembangan teknologi berkembang sangat pesat dan luar biasa. hingga sesuatu yang mungkin dulu belum pernah terbayangkan namun kini semua bisa dilaksanakan seperti yang dipaparkan dalam artikel ini "dulu kita tidak dapat membayangkan dapat mematikan listrik di rumah semenara kita berada di tempat yang jauh. Atau membuat replikasi anggota tuguh menggunakan 3D printing. Dulu tidak terbayang orang yang berada di tempat yang jauh dapat melakukan interaksi belajar dengan seorang guru melalui aplikasi seperi Learning Management System (LMS) atau MOOC (Massive Open Online Course)".
maka tentu dunia pendidikan juga perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada, sedikit demi sedikit perubahan dan penyesuaian itu mutlak harus kita lakukan. Diera pandemi Covid-19 ini merupakan salah satu momentum yang dapat digunakan untuk memulai sistem pembelajaran berbasis teknologi, karena mau tak mau guru dan murid yang tak bisa bertemu tatap muka, maka mereka melakukan proses pembelajaran dengan daring. siswa dan guru yang telah terbiasa dengan teknologi ini diharapkan, pasca covid-19 ini walaupun tatap muka telah dilakukan, mereka tetap dapat menggunakan teknolgi untuk memudahkan mereka dalam mengembangkan pembelajaran yang ada
Saya sangat tertarik dengan ide dari bapak penggabungan antara belajar tatap muka dan no tatap muka, untuk mewujudkan hal tersebut butuh payung hukum. ketika payung hukum sudah ada akan memaksa semua pihak yang terkait dalam pendidikan untuk melaksanakannya dan lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan terutama bagi guru.
Membaca artikel di atas, berimajinsasi dan bergagasan dalam pendidikan sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan agar kita siap menghadapi sesuatu yang akan terjadi di masa datang. seperti dalam artikel dikatakan bahwa Ki. Hajar Dewantoro pernah mempunyai gagasan “belajar dengan 3 dinding” .
Padahal pada saat itu gagasan trsebut belum terpikirkan maksudnya. Karena umumnya pada saat itu guru dan siswa belajar dalam kelas berdinding 4.
Namun sekarang gagasan Ki Hajar Dewantara terbukti nyata. Mulai dari perkembangan generasi web 1,0 ; web 2,0 dan sekarang web 3,0. bahkan selanjutnya generasi tanpa dinding. Ternyata Gagasan itu adalah lahirnya peradaban baru berbasis teknologi.
pergantian generasi dan lahirnya peradaban baru tidak dapat dihindari. bahkan sebuah keniscayaan. yang ada kita harus menghadapi dan beradaptasi. jika tidak kita akan tertinggal.
Terutama kita para pendidik sebagai agent of change harus mampu beradaptasi dengan “ kelas tanpa dinding” dan menerapkan dalam kegiatan pembelajaran. sehingga generasi pendidik dengan peserta didk akan terasa dekat dan dapat berjalan bersama.
Bagi kita bangsa Indonesia ini menjadi tantangan besar. Baik para pemangku jabatan, guru, peserta didik dan masyarakat pada umumnya. Indeks Kualitas manusia Indonesia termasuk yang rendah . begitu pun akses terhadap teknologi. Sehingga dibutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat.
Blended learning seperti yg dibahas dalam artikel ini menjadi keniscayaan bagi saya selama pandemi ini, karna bukan tdk mungkin hal ini diperlukan untuk menguatkan sistem pembelajaran dg segala kendala dlm kultur kita. Tetapi selain uji coba dlm skala terbatas, yg perlu digaris bawahi jg adalah perlu adanya pengawasan serta evaluasi berkelanjutan agar prosesnya dpt berjalan dg baik.
Saya mendapatkan banyak informasi mengenai pembagian generasi...dan mungkin saya harus lebih mengupgrade kemampuan it
Dari artikel diatas. Jelas dari waktu kewaktu teknologi terus berkembang cepat dan pesat, dari istilah media Web 1.0.sampailah pada generasi Web 3.0. Ini adalah sebuah teknologi revolusioner dalam sejarah peradaban manusia, bukan sebuah kemustahilan tapi sebuah keniscayaan. Melalui teknologi ini lahir aplikasi-aplikasi supercerdas seperti semantic web (penelusuran informasi lewat kata kunci), natural language processing (perintah menggunakan suara digital), open-source, artificial intelligence, virtual reality, augmented reality, 3D printing dan Internet of Things (IoT). Melalui teknologi tersebut manusia banyak menghasilkan produk yang tidak dapat terbayangkan sebelumnya, tidak terbayang orang yang berada di tempat yang jauh dapat melakukan interaksi belajar dengan seorang guru melalui aplikasi seperi Learning Management System (LMS) atau MOOC (Massive Open Online Course)
Kita tidak berada di zaman kolonial lagi, tapi kita sudah berada di teknolobi virtual, Web 3.0 telah merevolusi cara kita berkomunikasi, bergaya dan berbelanja online, mulai kita gunakan untuk membangun kelas tanpa dinding untuk memfasilitasi anak-anak kita belajar tanpa penjara.
Balas
Belajar12 Agustus 2020 21.29
Perkembangan sumber daya manusia yang semakin hari semakin berkembang, tak urung dalam peningkatan di bidang website pun semakin meningkat. Boleh dikatakan bahwa website di era ’80 an merupakan website 1.0 dan di era sekarang merupakan website 2.0. Lalu apa yang membedakan antara website 1.0 dengan website 2.0? Kalau kita lihat ada banyak sekali perkembangan yang terjadi. Misalnya saja kalau jaman dahulu di website 1.0 user hanya bisa melihat informasi saja, kalau di jaman sekarang website 2.0 kita user bisa berkomunikasi dengan lebih fleksibel.
Ilmu pengetahuan & teknologi berkembang amat sangat pesat, bahkan dulu kita anggap mustahil, ternyata sekarang dengan kemajuan teknologi seperti touch screen, tatap maya sekarang mudah sekali dilakukan. seiring dengan kemajuan teknologi pembelajaran jarak jauh pun mudah dilakukan, tapi ingat walaupun ilmu penting tapi ada yang lebih diutamakan yaitu adab
Posting Komentar