Oleh Asip Suryadi
Guru
inspiratif, di artikle sebelumnya saya sudah menyodorkan kepada Anda
alternatif pola pendidikan dan pembelajaran dalam mengantisipasi
disrupsi yang telah dan akan mengubah pola kebijakan dan praktek
pendidikan dan pembelajaran. Berikutnya mari kita diskusi mengenai
definisi pendidikan jarak jauh. Saya sengaja membaca beberapa buku lama
mengenai konsep pendidikan jarak jauh untuk mengambarkan bahwa konsep
pendidikan jarak jauh bukan konsep baru. Karena sifatnya teoretis,
mungkin artikel agak membosankan. Tapi saya pikir konsep ini penting
untuk dipahami agar kita memiliki landasan untuk mengembangkannya.
Pendidikan
terbuka jarak jauh adalah sebuah pendekatan alternatif dimana peserta didik dan
guru tidak bertemu muka dalam arti fisik. Pendektan ini merupakan solusi untuk
menaggulangi keterbatasn geografis, waktu dan biaya yang terjadi pada
pendidikan dengan pendekatan tatap muka.Pendekatan
pendidikan ini bukan konsep baru. Sejarah pertama penyelenggaraan pendidikan
jarak jauh terjadi di era 1800 ketika pertama kali Universitas Choicago
menyelenggarakan sebuah pendidikan dimana peserta didik dan guru berada di
tempat yang berbeda menggunakan media korespondensi.
Para ahli
di bidang pendidikan jarak jauh mengkaji pendidikan jarak jauh dari perspektif
yang berbeda. B¨orje Holmberg, Charles A. Wedemeyer, dan Michael G. Moore
mendefinisikan pendidikan jarak jauh lebih banyak dari sisi proses sedangkan
Desmond Keegan, Otto Peters, Randy Garrison, dan John Anderson mengkajinya dari
sisi pengorganisasiannya.
Holmberg (2008) menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh dicirikan dengan adanya
keterpisahan antara guru/instruktur dengan peserta didik dan adanya penggunaan
satu atau lebih media sebagai alat untuk menyatukannya. Media yang digunakan
bisa tulisan tangan, cetakan, rekaman audio, TV, video, telepon,
teleconference, web cam, video conference, e-mail dan jejaring sosial berbasis
internet.
Keegan dalam
Verduin dan Klark (1991) menjelaskan bahwa sebuah pendidikan jarak jauh
memiliki 4 elemen yang menjadi karakter dari pendidikan jarak jauh. Keempat
karakter yang dimaksud yaitu:
a. Adanya keterpisahan antara
guru dengan peserta didik pada sebagian besar proses pembelajaran.
b.
Peran lembaga pendidikan
termasuk didalamnya perangkat evaluasi.
c.
Peran media untuk menyatukan
guru dan peserta didik sert.
d.
Perangkat untuk
menyelenggarakan two-way communication
antara guru, tutor, atau agen pendidikan dengan perserta belajar.
Menurut
Verduin dan Clark elemen pertama dari definisi tersebut menjelaskan bahwa sebuah pendidikan dapat disebut pendidikan jarak jauh apabila lebih dari
setengah proses pembelajarannya dilakukan secara asynchronous. Elemen kedua memuat gambaran pentingnya organisasi,
evaluasi dan komponen kelembagaan lainnya. Elemen ketiga menggambarkan peran
media untuk menyatukan hubungan antara guru dengan peserta didik; dan elemen
keempat menggambarkan pentingnya
komunikasi dua arah antara guru/tutor/fasilitator dengan peserta didik. Terkait
dengan harus adanya komuniasi dua arah Hillary Perraton memberikan batasan
bahwa sebuah proses pendidikan dapat dikatanan pendidikan jarak jauh apabila mayoritas proses pembelajaran
diselenggarakan secara asynchronous.
Perraton (1993) mejelaskan bahwa dalam definisi-definisi
tersebut digambarkan adanya karakter industrialisasi pada pendidikan jarak jauh. Hal ini memang menjadi salah satu isu
terkait dengan pendidikan jarak jauh yang sering diangkat oleh para ahli
terutama di Amerika seperti Keegan, Peters, Garrison dan Anderson. Pendidikan
jarak jauh memang diselenggarakan dengan tujuan pragmatis untuk efesiensi dan
efektifitas proses dan hasil pendidikan. Salah satunya untuk menjangkau peserta
didik yang tidak memungkinkan untuk belajar dengan cara tatap muka dalam jumlah
yang banyak dengan biaya pendidikan minimal.
Menurut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS), yang dimaksud dengan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan
yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan
berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media
lainny. Soekartawi (2006) mengelaborasi pernyataan undang-undang tersebut dengan
memberikan ciri yang spesifik dari pendidikan jarak seperti berikut:
a. Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran. Selama
proses belajar peserta didik dan guru terpisahkan oleh tempat, jarak geografis
dan waktu atau kombinasi dari ketiganya.
b. Karena peserta didik dan guru terpisah selama pembelajaran, maka
komunikasi diatara keduanya dibantu dengan media pembelajaran, baik media cetak
(bahan ajar berupa modul) maupun media elektronik (CD-ROM, VCD, telepon, radio,
video, televisi, komputer).
c. Jasa pelayanan disediakan baik untuk peserta didik maupun untuk
guru, misalnya resource learning center atau pusat sumber belajar, bahan
ajar, infrastruktur pembelajaran, dsbnya). Dengan demikian baik peserta didik
maupun guru tidak harus mengusahakan sendiri keperluan dalam proses
belajar-mengajar.
d. Komunikasi antara peserta didik dan guru bisa dilakukan baik
melalui cara komunikasi satu maupun dua arah (two-ways communication).
Contoh komunikasi dua arah ini, misalnya teleconferencing, videoconferencing,
emoderating, dsb-nya).
e. Poroses belajar-mengajar di PJJ masih dimungkinkan dengan
melakukan pertemuan tatap muka (tutorial), walaupun itu bukan suatu
keharusan.
f. Selama kegiatan belajar, peserta didik cenderung membentuk
kelompok belajar, walaupun sifatnya tidak tetap dan tidak wajib. Kegiatan
berkelompok diperlukan untuk memudahkan peserta didik belajar.
Miarso (2007)
menyatakan bahwa istilah pendidikan terbuka (open education) merupakan istilah umum (generic). Istilah ini menggambarkan sebuah konsep pendidikan
terbuka dan sepanjang hayat. Menurtu Edward yang dikutip Dabbagh (2005), pembelajaran terbuka merupakan pendekatan baru yang menekankan
kepada peralihan dari kurikulum yang telah dipatok kepada belajar yang bersifat
kehendak dan kebutuhan individual melalui penciptaan fasilitas agar peserta
didik dapat belajar dalam konteks sekarang dan disini. Prinsip kunci dari
pmebelajaran terbuka menurut The
California State University Center for Distributed Learning yang dukutip
Dabbagh adalah pembelajaran yang terpusat pada peserta didik, menitikberatkan
kepada proses balajar dari pada mengajar. Selain itu pembelajaran terbuka
menyediakan keleluasaan kepada peserta didik untuk menentukan tujuan belajar
sendiri.
Konsep pendidikan ini berbeda dengen konsep
pendidikan formal konvensional dimana peserta didik harus mengikuti program
pembelajaran dengan kurikulum tertentu, pada kurun waktu tertentu, jadwal
tertentu dan di tempat tertentu, tidak terikat dengan persyaratan dan target
maupun kualifikasi akademis seperti itu.
Dalam prakteknya pendidikan terbuka dapat
diselenggarakan secara formal maupun non formal. Contoh pendidikan terbuka
formal di Indonesia adalah program SMP terbuka. Program ini memfasilitasi
anak-anak usia sekolah unutk belajar tanpa harus datang ke sekolah di waktu
tertentu meskipun harus mencapai target tertentu untuk sertifikasi (ijazah).
Contoh lain dari pendidikan terbuka adalah Universitas Terbuka yang telah
diselenggarakan hampir setengah abad di negeri ini dan pelatihan jarak jauh
bagi pegawai atau karyawan, kursus terbuka, konferensi, workshop dan
sejenisnya.
Contoh pendidikan terbuka nonformal adalah program-program
pendidikan di TV, radio, media masa cetak dan media masa elektronik lainnya
seperti tayangan film kartun untuk anak usia dini, ceramah agama, kolom
tertetnu di majalah dan koran, sampai informasi ilmu pengetahuan yang dimuat di
internet seperti knowledge networks, knowledge portals, asynchronous learning
networks, virtual classrooms, dan telelearning. Melalui media tersebut
setiap orang dapat belajar kapan saja, dimana saja dan benar-benar bebas dari
target tertentu.
Istilah distance education (pendidikan jarak
jauh) merupakan istilah yang mengandung konsep lebih spesifik. Menurut Miarso, (2007) semua pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka namun
tidak sebaliknya. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka yang
terstruktur dan ketat karena harus mengikuti program yang telah dirancang. Jadi
pendidikan jarak jauh adalah pendidikan terbuka yang bersifat formal.
Distance education (pendidikan
jarak jauh), distance teaching (pembelajaran
jarak jauh) dan distance learning (belajar jarak jauh) sering kali digunakan secara bergantian (interchangeable). Keegan (1991) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai
berikut. Distance Teaching
menggambarkan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar mandiri yang dapat
digunakan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan pelajaran dari jauh.
Dengan perkataan lain istilah distance
teaching menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Distance Learning lebih banyak
menekankan pada proses belajar. Istilah ini menggambarkan penekanan pada
bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka belajar
dan dapat memahami isi pelajarannya. Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance
Teaching dan Distance Learning (Verduin & Clark, 1991).
Dalam praktek komunikasi belajar jarak jauh
dikenal istilah syncheonous (bersaman
waktu) dan asynchronous (berbeda
waktu). Istilah ini menunjukkan hubungan antara narasumber/turor/guru dengan
peserta didik. Pembelajaran dapat terjadi secara synchronous, yaitu pertemuan
antara sumber/turor/guru dengan peseta didik pada waktu yang bersamaan seperti
kegiatan tatap muka, melalui telepon, chating
melalui jejaring sosial atau teleconference
melalui audio/video online. Kegiatan asynchronous dilakukan dalam bentuk
belajar mandiri melalui membaca, tutorial melalui media cetak (modul), e-mail, video on dimand (VOD), diskusi online,
simulasi onlne, online game dan
sebagianya. Jadi istilah synchronous
dan asynchronous menggambarkan bentuk
komunkasi antara peserta didik dengan tutor/narasumber/guru dalam pendidikan
jarak jauh. Dalam open learning baik asynchronous maupun synchronous merupakan pembelajaran yang tidak terjadwal.
Distributed earning memiliki konsep yang
serupa dengan belajar jarak jauh namun istilah ini menggambarkan karakter dari media dan bentuk kegiatan
balajarnya. Distributed earning didefinisikan sebagai sebuah model
instruksional yang melibatkan berbagai macam teknologi seperti video/audio
conferencing, penyiaran via satelit dan web-base
untuk membantu peserta didik belajar dengan mudah kapan saja dan dimana saja. Raiser dan Dempsey (2007) menjelaskan bahwa karekter distributed learning adalah penggunaan
beragam bentuk peralatan yang menyebabkan peserta didik dapat belajar dalam
berbagai bentuk.
Menurut
Knowledge yang dikutip Dabbagh (2005), distributed learning
adalah konsep yang menggambarkan pendidikan yang disampaikan kapan saja, dimana
saja, di tempat beragam, menggunakan satu atau lebih jenis teknologi. Dabbagh
menambahkan bahwa dalam konteks perkembangan teknologi IT, distributed learning menggambarkan sebuah wahana pembelajaran (learning environment) dimana peserta
didik menyelesaikan program pendidikan di rumah atau di kantor dengan cara
berkomuniaksi dengan penyelenggara dan peserta didik lain melalui e-mail, forum elektronik, videoconference, media komouter lainnya
serta web-based teknologi lainnya.
Dalam model pendidikan ini peserta didik dapat menentukan arah dan jadwal
belajar menurut kebutuhan sendiri.
Berdasarkan
perspektif pedagogi, menurut Dabbagh distributed
learning "…result in diffuse of
cognition-where what is know lies in the interaction between individual and
artifact, such as computer and other technologycal devices."
(terjadinya proses penyerapan pengetahuan kedalam pikiran dimana pengetahuan
yang diserap terletak pada proses interaksi antara individu dengan media) (Dabbagh, 2005: 30). Dalam konsep ini sumber belajar menyebar dalam media
berteknologi yang dapat diperoleh kapan saja, dimana saja tanpa terikat dengan
jadwal melalui proses interaksi antara individu dengan media. Contohnya perkuliahan terbuka,
pelatihan terbuka, seminar online dan
sejenisnya.
Pendidikan jarak jauh merupakan kebalikan dari pendidikan dengan pola tatap muka. Bates menggambarkan kontinum pendidikan tatap
muka menuju pendidikan jarak jauh seperti pada skema berikut (Bates, 2015).
Pada skema
di samping digambarkan pendekatan pendidikan dari tatap muka sampai jarak jauh
beserta teknologi penyertanya. Diantara pendekatan tatap muka dan jarak jauh
ada pendekatan blended (campuran
tatap muka dan jarak jauh). Pada pendekatan tersebut digunakan beragam
teknologi dari korespondensi sampai internet. Pada konteks teknologi Bates
menggunakan konsep ditributed learning
untuk pendidikan jarak jauh menggunakan internet.
Dari segi
metode pendidikan dimulai dari non-e-learning
hingga e-learning seluruhnya. Dalam perubahan tersebut terjadi juga
perubahan bentuk komunikasi antara guru-peserta didik dari pembelajaran tatap
muka pada non-online learning hingga
pendidikan jarak jauh pada e-learning.
Sementara itu sifat sumber belajar berubah ke arah distributred learning.
Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan jarak jauh adalah sebuah bentuk pendidikan
(formal maupun non formal) dimana guru dan peserta didik berada di tempat berbeda
dan sebagian besar penyelenggarakan komunikasi edukatif dilakukan secara tidak
tatap muka menggunakan teknologi informasi dalam berbagai bentuk dengan tujuan
agar pembelajaran dapat dijangkau oleh peserta didik lebih leluasa (fleksibel) dari segi waktu, empat dan
biaya. Dalam konsep tersebut terdapat empat aspek yang membangun pendidikan
jarak jauh yaitu konsep pendidikan terbuka jarak jauh, organisasi pembelajaran,
media pembelajaran dan pedagogi pembeljaran jarak jauh.
DAFTAR PUSTAKA
Bates, A. W. (Tony). (2015). Teaching in a Digital Age
Guideline for Designing Teaching and Learning. In Teaching in a digital age.
Tony Bates Associates LTD. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dabbagh, N. (2005). Pedagogical Models for E-Learng: inA
Theory-Based Design Framework. International Journal of Technology in
Teaching and Learning, 1(1), 25–44. http://www.sicet.org/journals/ijttl/issue0501/DabbaghVol1.Iss1.pp25-44.pdf
Holmberg, et al.
(2008). The evolution, principles and practices of distance education. In Distance
Education. http://www.mde.uni-oldenburg.de/download/asfvolume11_eBook.pdf
Miarso, Y. (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group.
Peratton, H. (1993). Context. In H. Perraton (Ed.), Distance
Education for Teacher Training (p. 4). Routledge.
http://ir.obihiro.ac.jp/dspace/handle/10322/3933
Soekartawi. (2006). Blended e-Learning: Alternatif Model
Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi
Informasi 2006 (SNATI 2006), A-93-A-100.
Verduin, J. R., & Clark, T. A. (1991). Distance
Eduction: The Foundations of Effective Practices. Jossey-Bass Publisher.
15 comments:
Pendidikan jarak jauh merupakan alternatif belajar karena guru dan siswa tidak bertatap muka atau ebrtemu langsung. Holmberg (2008) menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh dicirikan dengan adanya keterpisahan antara guru/instruktur dengan peserta didik dan adanya penggunaan satu atau lebih media sebagai alat untuk menyatukannya. Media yang digunakan bisa tulisan tangan, cetakan, rekaman audio, TV, video, telepon, teleconference, web cam, video conference, e-mail dan jejaring sosial berbasis internet.
Keegan dalam Verduin dan Klark (1991) menjelaskan bahwa sebuah pendidikan jarak jauh memiliki 4 elemen yang menjadi karakter dari pendidikan jarak jauh. Keempat karakter yang dimaksud yaitu:
a. Adanya keterpisahan antara guru dengan peserta didik pada sebagian besar proses pembelajaran.
b. Peran lembaga pendidikan termasuk didalamnya perangkat evaluasi.
c. Peran media untuk menyatukan guru dan peserta didik sert.
d. Perangkat untuk menyelenggarakan two-way communication antara guru, tutor, atau agen pendidikan dengan perserta belajar.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang dimaksud dengan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainny. Soekartawi (2006) mengelaborasi pernyataan undang-undang tersebut dengan memberikan ciri yang spesifik dari pendidikan jarak seperti berikut:
a. Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran. Selama proses belajar peserta didik dan guru terpisahkan oleh tempat, jarak geografis dan waktu atau kombinasi dari ketiganya.
b. Karena peserta didik dan guru terpisah selama pembelajaran, maka komunikasi diatara keduanya dibantu dengan media pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun media elektronik (CD-ROM, VCD, telepon, radio, video, televisi, komputer).
c. Jasa pelayanan disediakan baik untuk peserta didik maupun untuk guru, misalnya resource learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, infrastruktur pembelajaran, dsbnya). Dengan demikian baik peserta didik maupun guru tidak harus mengusahakan sendiri keperluan dalam proses belajar-mengajar.
d. Komunikasi antara peserta didik dan guru bisa dilakukan baik melalui cara komunikasi satu maupun dua arah (two-ways communication). Contoh komunikasi dua arah ini, misalnya teleconferencing, videoconferencing, emoderating, dsb-nya).
e. Poroses belajar-mengajar di PJJ masih dimungkinkan dengan melakukan pertemuan tatap muka (tutorial), walaupun itu bukan suatu keharusan.
f. Selama kegiatan belajar, peserta didik cenderung membentuk kelompok belajar, walaupun sifatnya tidak tetap dan tidak wajib. Kegiatan berkelompok diperlukan untuk memudahkan peserta didik belajar. Konsep pendidikan ini berbeda dengen konsep pendidikan formal konvensional dimana peserta didik harus mengikuti program pembelajaran dengan kurikulum tertentu, pada kurun waktu tertentu, jadwal tertentu dan di tempat tertentu, tidak terikat dengan persyaratan dan target maupun kualifikasi akademis seperti itu.
Intinya adalah pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal, dimana guru dan siswa tidak bertatap muka.
Peran pendidik yang pertama dalam penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh adalah mengembangkan konten pembelajaran. Untuk melakukannya, pendidik tentu saja harus berpikir bahwa konten pembelajaran tersebut nantinya akan disampaikan secara daring. Asumsi ini krusial dalam pengembangan konten untuk pembelajaran jarak jauh. Kemudian, pendidik juga perlu untuk menentukan komponen-komponen konten pembelajaran tersebut, mempertimbangkan dan memperhatikan konten-konten pembelajaran yang sudah ada, dan terakhir mengembangkannya.
Konten pembelajarannya disampaikan secara daring penting dalam mengembangkan konten untuk pembelajaran jarak jauh. Dengan asumsi tersebut, pendidik harus sadar bahwa tujuan dari pembelajaran jarak jauh adalah untuk menggantikan pengalaman belajar tatap muka di kelas. Selain itu, berbeda dengan pembelajaran tatap muka, fasilitasi pendidik kepada peserta didiknya akan berpusat kepada perangkat lunak dan aplikasi-aplikasi daring. Peserta didik dalam sistem pembelajaran ini juga diasumsikan mandiri atau tidak terlalu bergantung pada bantuan langsung pendidik.
Pendidik sudah siap dalam mengembangkan konten pembelajarannya. Komponen-komponen dalam konten pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah bahan ajar, penilaian, dan informasi tentang manajemen kelas daringnya. Bahan ajar yang dimaksud di sini adalah konten pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Beberapa contoh bahan ajar di antaranya adalah modul, simulasi komputer, aktivitas interaktif berbasis komputer, daftar rujukan atau bahan bacaan untuk peserta didik, dan lain sebagainya. Bahan-bahan ajar tersebut selanjutnya disertai oleh instrumen penilaian yang mengacu pada indikator capaian kompetensi dan mengakomodasi kebutuhan peserta didik.
Pendidikan jarak jauh adalah sebuah pendekatan alternatif dimana peserta didik dan guru tidak bertemu muka dalam arti fisik. Pendektan ini merupakan solusi untuk menaggulangi keterbatasn geografis. Pendidikan jarak jauh adalah sebuah bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dimana guru dan peserta didik berada di tempat berbeda dan sebagian besar penyelenggarakan komunikasi edukatif dilakukan secara tidak tatap muka menggunakan teknologi informasi dalam berbagai bentuk dengan tujuan agar pembelajaran dapat dijangkau oleh peserta didik lebih leluasa (fleksibel) dari segi waktu,t empat dan biaya. Banyak para ahli berpendapat, tentang konsep Pendidikan jarak jauh, tapi secara garis besar dalam konsep tersebut terdapat empat aspek untuk membangun pendidikan jarak jauh yaitu
a.konsep pendidikan terbuka jarak jauh,
b.organisasi pembelajaran,
c.media pembelajaran dan
d.pedagogi pembeljaran jarak jauh
Pembelajaran jarak jauh memerlukan suatu pendekatan yang berbeda dalam hal perencanaan, perancangan, penyampaian kursus dan komunikasi. Peserta membutuhkan motivasi diri untuk memulai dan mengembangkan persistensi dan keahlian-keahlian dalam tugas yang bersifat mandiri (self-directing work). Instruktur akan mengembangkan dan menggunakan metodologi-metodologi dan gaya-gaya pembelajaran baru, mulai dari instruksi langsung hingga mengelola strategi-strategi pembelajaran, memberi dukungan terhadap peserta didik, memfasilitasi perdebatan jarak jauh, serta mendiseminasi informasi dan pandangan-pandangan. Beberapa elemen dari proses pembelajaran yang difasilitasi dan yang individual dipresentasikan dalam proses pembelajaran jarak jauh
Pendidikan Jarak Jauh dapat berupa pendidikan formal dan non formal untuk menjangkau lebih banyak peserta didik ke akses pendidikan dengan meminimalisir biaya, seperti biaya gedung, asrama, infrastruktur lainnya. Sejak pandemi ini mulai terjadi permintaan penurunan uang kuliah karena tidak ada lagi pemakaian gedung, asrama asrama menjadi kosong. Maka perlu pengembangan konten pembelajaran yang sangat efektif efisien, dan jika konten itu sangat efektif efisien maka tidak tertutup kemungkinkan satu konten tersebut dipakai seluruh dunia.
Istilah pendidikan jarak jauh bukanlah hal yang baru di lakukan di dunia pendidikan. Hanya saja biasanya dahulu hal ini dilakukan oleh Pendidikan tinggi atau Unversitas. Jika di negara ini dulu pernah juga dilakukan oleh pendidikan tinggi yang mahasiswanya juga berstatus sebagai pegawai atau pekerja.
Dari berbagai teori yang sudah dikemukakan bahwa pada prinsip nya pembelajaran jarak jauh terjadi antara tutor dan siswanya dengan tidak betatap muka secara langsung, dilakukan dengan jarak tertentu dan di bantu oleh media tertentu pula. Pada pembelajaran jarak jauh ini Peserta dituntut untuk menuntaskan kurikulum tertentu dalam pembelajaran namun dilakukan dengan cara belajar jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh ini biasanya dapat dilakukan dengan media tertentu, seperti telpon, Chatting dan lain sebagainya. Pembelajaran ini bisa dilakukan secara formal ataupun non formal. Jika formal berarti ada target yang harus di capai dan langsung di raih dan dipergunakan oleh peserta didik nya seperti ijazah atau tanda tamat belajar dengan target kurikulum tertentu, Ada juga pendidikan jarak jauh non formal, seperti pembelajaran pembelajaran yang disampaikan oleh pemerintah melalui media televisi, siapa saja boleh menontonya tanpa di tuntut untuk menguasai kurikulu tertentu dan tidak terikat akan baiaya dan waktu tertentu.
Dari berbagai penjelasnya di atas pada dasar nya pendidikan jarak jauh terjadi pada dua arah antara tutor/guru sebagai sumber informasi dan juga peserta didik sebagai siswa yang menerima informasi namun dilakukan secara jarak jauh, tidak bertatap muka secara langsung secara langsung
Pendidikan Jarak Jauh disebut demikian karena dalam pendidikan jarak jauh tidak terjadi kontak secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Proses komunikasi antara keduanya dilakukan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Walaupun demikian, pertemuan tatap muka tetap dapat dilakukan dengan frekuensi yang terbatas. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh tokoh Holmberg (2008). Untuk menyatukan antara pendidik dengan peserta didik dibutuhkan suatu media. Adapun media yang digunakan bisa tulisan tangan, cetakan, rekaman audio, TV, video, telepon, teleconference, web cam, video conference, e-mail dan jejaring sosial berbasis internet.
Selain Holmberg (2008), banyak lagi tokoh yang berbicara mengenai Pendidikan Jarak Jauh, seperti Charles A. Wedemeyer, dan Michael G. Moore. Tokoh lain yaitu Desmond Keegan, Otto Peters, Randy Garrison, dan John Anderson mengkajinya dari sisi pengorganisasiannya. Menurut Keegan dalam Verduin dan Klark (1991) menjelaskan bahwa sebuah pendidikan jarak jauh memiliki 4 elemen yang menjadi karakter dari pendidikan jarak jauh.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang dimaksud dengan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainnya.
Dalam prakteknya pendidikan terbuka dapat diselenggarakan secara formal maupun non formal. Contoh pendidikan terbuka formal di Indonesia adalah program SMP terbuka, Universitas Terbuka, kursus terbuka, konferensi, workshop dan sejenisnya. Program ini memfasilitasi anak-anak usia sekolah unutk belajar tanpa harus datang ke sekolah di waktu tertentu meskipun harus mencapai target tertentu untuk sertifikasi (ijazah). Sedangkan contoh pendidikan terbuka nonformal adalah program-program pendidikan di TV, radio, media masa cetak dan media masa elektronik lainnya seperti tayangan film kartun untuk anak usia dini, ceramah agama, kolom tertetnu di majalah dan koran, sampai informasi ilmu pengetahuan yang dimuat di internet seperti knowledge networks, knowledge portals, asynchronous learning networks, virtual classrooms, dan telelearning. Melalui media tersebut setiap orang dapat belajar kapan saja, dimana saja dan benar-benar bebas dari target tertentu.
Pendidikan terbuka jarak jauh adalah sebuah pendekatan alternatif dimana peserta didik dan guru tidak bertemu muka dalam arti fisik. Pendektan ini merupakan solusi untuk menanggulangi keterbatasn geografis, waktu dan biaya yang terjadi pada pendidikan dengan pendekatan tatap muka.apalagi dikondisi sekarang hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia tengah menghadapi wabah Covid-19 yang mau tidak mau dunia pendidikan mengubah pola belajar dari tatap muka menjadi non tatap muka untuk mencegah penyebaran virus tersebut.pembelajaran jarak jauh membuat siswa belajar mandiri dan menemukan jawaban sendiri.pembelajaran jauh juga untuk efesiensi dan efektifitas proses dan hasil pendidikan. Salah satunya untuk menjangkau peserta didik yang tidak memungkinkan untuk belajar dengan cara tatap muka dalam jumlah yang banyak dengan biaya pendidikan minimal.tapi bagi siswa yang kurang mampu yang tidak mampu untuk kebutuhan sehari-hari saja kurang apalagi untuk membeli teknologi digital, walaupun di abad 21 perangkat elektronik seperti handphone bukan barang mewah lagi,hal ini perlu dipikirkan oleh pihak terkait untuk mencarikan solusi suapaya mereka bisa belajar dan tidak ketinggalan dari teman-temannya.
Pendidikan jarak jauh adalah sebuah pendekatan alternatif dimana peserta didik dan guru tidak bertemu muka dalam arti fisik. Pendekatan ini merupakan solusi untuk menanggulangi keterbatasan geografi, waktu, biaya yang terjadi pada pendidikan tatap muka.
Menurut Knowledge yang dikutip Dabbagh (2005), distributed learning adalah konsep yang menggambarkan pendidikan yang disampaikan kapan saja, dimana saja, di tempat beragam, menggunakan satu atau lebih jenis teknologi. Dabbagh menambahkan bahwa dalam konteks perkembangan teknologi IT, distributed learning menggambarkan sebuah wahana pembelajaran (learning environment) dimana peserta didik menyelesaikan program pendidikan di rumah atau di kantor dengan cara berkomuniaksi dengan penyelenggara dan peserta didik lain melalui e-mail, forum elektronik, videoconference, media komouter lainnya serta web-based teknologi lainnya.
Ada empat aspek dalam membangun pendidikn jarak jauh yaitu:
1. Konsep pendidikan terbuka jarak jauh
2. Organisasi pembelajaran
3. Media pembelajaran dan
4. Pedagogik pembelajaran jarak jauh
Ditengah-tengah kondisi pandemik saat ini pembelajaran jarak jauh menjadi salah satu solusi untuk terus melakukan proses pembelajaran.
Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang dilakukan dengan tidak tatap muka antara guru dan murid yang disebabkan berbagai kendala. Metode pendidikan jarak ternyata sudah lama dipraktekkan. Dulu, mungkin hanya menggunakan telepon yang sederhana, tapi pendidikan jarak jauh sangant mudah untuk dilakukan seiring dengan berkembang ilmu dan teknologi. Pendidikan jarak jauh adalah salah satu solusi yang bisa dilakukan ketika terjadi hal-hal yang menghambat proses belajar mengajar di kelas. Oleh karenanya, penguasaan teknologi yang berhubungan dengan pendidikan baik metode atau yang lainnya merupakan suatu keniscayaan
Assalamu'alaikum wr, wb
terimakasih bapak atas informasinya mengenai Pendidikan Jarak Jauh
dari berbagai sumber pendapat para ahli yang dipaparkan diatas dapat saya ambil kesimpulan bahwa pendidikan jarak jauh mengandung usur
1. guru dan siswa terpisah jarak ( tidak bertemu langsung tatap muka di suatu tempat)
2. Ada media yang digunakan untuk menyampaikan informasi, baik sifatnya satu arah atau pun 2 arah.
di Indonesia telah lama mengenal sistem pendidikan jarak jauh ini, salah satunya pendidikan terbuka, kita mengenal smp terbuka dan universitas terbuka, bahkan saya cukup akrab dengan 2 lembaga formal ini. secara informal juga banyak kita temui seperti media TV, media masa dan lain-lain.
sejalan perkembangan waktu dan teknologi, konsep pendidikan jarak jauh juga mengalami perkembangan sehingga kita mengenal Distance education (pendidikan jarak jauh), distance teaching (pembelajaran jarak jauh) dan distance learning (belajar jarak jauh).
distance teaching menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Distance Learning lebih banyak menekankan pada proses belajar. Istilah ini menggambarkan penekanan pada bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka belajar dan dapat memahami isi pelajarannya. Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance Teaching dan Distance Learning (Verduin & Clark, 1991).
distributed learning adalah konsep yang menggambarkan pendidikan yang disampaikan kapan saja, dimana saja, di tempat beragam, menggunakan satu atau lebih jenis teknologi.
nah disini lah peran teknologi dan penguasaan teknologi menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan dan mau tak mau guru dan murid sama-sama belajar untuk memahaminya, begitu juga pemerintah,sebagai pengayom dalam dunia pendidikan formal harus bisa memfasilitasi agar kegiatan dapat berjalan dengan baik.
Artikel yang menarik dari Pak Asip. Artikel ini memberikan ganbaran bahwa pendidikan jarak jauh sebenarnya sudah ada sejak lama. contoh konkrit adalah sejak lama telah dikenal istilah universitas terbuka. hanya saja istilah ini dimunculkan kembali karena terkait kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) seperti sekarang karena wabah covid 19. dan sekarang ada perpanjangan PJJ tahap 2. Bahkan ada wacana PJJ akan dipermanenklan dikarenakan wabah ini akan berlangsung lama.
Antara pendidikan konvesional atau tatap muka dan pendidikan jarak jauh, masing-masing pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. pendidikan jarak jauh lebih efektif, efisien, fleksibel dari segi waktu, biaya dan tenaga. Namun kelemahannya sulit membentuk karakter peserta didik. Sedangkan pendidikan konvensional lebih terbatas pada tempat dan waktu juga membutuhkan biaya yang lebih besar.
Beda pendidikan jarak jauh sekarang dan dahulu adalah lebih kepada penggunaan IT dan digitalisasi. penggunaan internet sangat dominan. hampir semua kegiatan manusia sekarang membutuhkan akses internet. Pelayanan publik di pemerintahan dan swasta pun sekarang melalui online.
sehingga sekarang salah satu kendala pendidikan jarak jauh adalah keterbatasan pembelian kuota dan jaringan internet yang tidak merata. Tidak semua siswa kita, orang tua, bahkan guru yang memiliki smartphone, laptop dan akses internet yang memadai. terjadi kesenjangan antara siswa dan guru di kota dengan di desa.
ini adalah tantangan pemerintah untuk menyediakan subsidi Kuota internet bagi siswa dan guru yang tidak mampu. Dan juga menambah jaringan internet kepelosok-pelosok desa. agar tercapai tujuan pendidikan jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh merupakan salah satu alternatif pilihan pendidikan formal maupun informal yang dapat diterapkan. Pendidikan jarak jauh termasuk sistem pendidikan terbuka. Pendidikan jarak jauh merupakan salah satu pilihan bagi mereka/lembaga yang ingin menerapkan sistem pembelajaran yang lebih mengedepankan efisiensi ruang,waktu, biaya dan fleksibilitas.
Dalam konteks perkembangan teknologi IT, distributed learning menggambarkan sebuah wahana pembelajaran (learning environment) dimana peserta didik menyelesaikan program pendidikan di rumah atau di kantor dengan cara berkomunikasi dengan penyelenggara dan peserta didik lain melalui e-mail, forum elektronik, videoconference, media komputer lainnya serta web-based teknologi lainnya. Dalam model pendidikan ini peserta didik dapat menentukan arah dan jadwal belajar menurut kebutuhan sendiri.
Berdasarkan perspektif pedagogi, menurut Dabbagh distributed learning "…result in diffuse of cognition-where what is know lies in the interaction between individual and artifact, such as computer and other technologycal devices." (terjadinya proses penyerapan pengetahuan kedalam pikiran dimana pengetahuan yang diserap terletak pada proses interaksi antara individu dengan media) (Dabbagh, 2005: 30). Dalam konsep ini sumber belajar menyebar dalam media berteknologi yang dapat diperoleh kapan saja, dimana saja tanpa terikat dengan jadwal melalui proses interaksi antara individu dengan media. Contohnya perkuliahan terbuka, pelatihan terbuka, seminar online dan sejenisnya.
Pendidikan jarak jauh merupakan kebalikan dari pendidikan dengan pola tatap muka. Bates menggambarkan kontinum pendidikan tatap muka menuju pendidikan jarak jauh seperti pada skema berikut (Bates, 2015).
Pendidikan jarak jauh adalah sebuah bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dimana guru dan peserta didik berada di tempat berbeda dan sebagian besar penyelenggarakan komunikasi edukatif dilakukan secara tidak tatap muka menggunakan teknologi informasi dalam berbagai bentuk dengan tujuan agar pembelajaran dapat dijangkau oleh peserta didik lebih leluasa (fleksibel) dari segi waktu, empat dan biaya. Dalam konsep tersebut terdapat empat aspek yang membangun pendidikan jarak jauh yaitu konsep pendidikan terbuka jarak jauh, organisasi pembelajaran, media pembelajaran dan pedagogi pembelajaran jarak jauh.
Pendidikan jarak jauh adalah suatu kajian kependidikan yang terus berkembang seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Karena itu juga pendidikan jarak jauh sering dipersepsikan sebagai suatu inovasi dalam metode pembelajaran abad 21 yang memiliki daya jangkau lintas ruang, waktu, dan sosioekonomi. Dengan adanya inovasi ini, masyarakat memiliki pilihan alternatif untuk mengakses pendidikan. Secara umum, pendidikan jarak jauh memiliki prinsip yang mencakup antara lain:
*Akses, yakni terkait dengan keinginan untuk memperluas akses masyarakat
terhadap pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berbasis
teknologi komunikasi dan informasi, bersifat massal, ekonomis, serta
meminimalkan kendala jarak dan waktu.
*Pemerataan yang merujuk kepada asas keadilan dan persamaan hak bagi siapa
saja untuk mengenyam pendidikan tanpa dibatasi oleh berbagai kendala.
*Kualitas, yaitu berkenaan dengan jaminan standar pengajar, materi bahan
ajar dan ujian, dan proses pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi
komunikasi dan informasi.
Pendidikan Jarak Jauh disebut demikian karena dalam pendidikan jarak jauh tidak terjadi kontak secara langsung antara pengajar dan peserta didik. Proses komunikasi antara keduanya dilakukan melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi. Walaupun demikian, pertemuan tatap muka tetap dapat dilakukan dengan frekuensi yang terbatas. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh tokoh Holmberg (2008). Untuk menyatukan antara pendidik dengan peserta didik dibutuhkan suatu media. Adapun media yang digunakan bisa tulisan tangan, cetakan, rekaman audio, TV, video, telepon, teleconference, web cam, video conference, e-mail dan jejaring sosial berbasis internet.
Selain Holmberg (2008), banyak lagi tokoh yang berbicara mengenai Pendidikan Jarak Jauh, seperti Charles A. Wedemeyer, dan Michael G. Moore. Tokoh lain yaitu Desmond Keegan, Otto Peters, Randy Garrison, dan John Anderson mengkajinya dari sisi pengorganisasiannya. Menurut Keegan dalam Verduin dan Klark (1991) menjelaskan bahwa sebuah pendidikan jarak jauh memiliki 4 elemen yang menjadi karakter dari pendidikan jarak jauh.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), yang dimaksud dengan pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media lainnya.
Dalam prakteknya pendidikan terbuka dapat diselenggarakan secara formal maupun non formal. Contoh pendidikan terbuka formal di Indonesia adalah program SMP terbuka, Universitas Terbuka, kursus terbuka, konferensi, workshop dan sejenisnya. Program ini memfasilitasi anak-anak usia sekolah unutk belajar tanpa harus datang ke sekolah di waktu tertentu meskipun harus mencapai target tertentu untuk sertifikasi (ijazah). Sedangkan contoh pendidikan terbuka nonformal adalah program-program pendidikan di TV, radio, media masa cetak dan media masa elektronik lainnya seperti tayangan film kartun untuk anak usia dini, ceramah agama, kolom tertetnu di majalah dan koran, sampai informasi ilmu pengetahuan yang dimuat di internet seperti knowledge networks, knowledge portals, asynchronous learning networks, virtual classrooms, dan telelearning. Melalui media tersebut setiap orang dapat belajar kapan saja, dimana saja dan benar-benar bebas dari target tertentu.
Posting Komentar