Feature Top (Full Width)

ANALISIS KD IPA MTS

Jumat, 10 Juni 2022

 Oleh Asip Suryadi

A.   Pengantar

Rekan rekan, rencanaan pembelajaran atau disain instruksional, dalam istilah international dikenal dengan instructional design (ID) tidak sekedar istilah melainkan sebuah disiplin ilmu. Kata "instructional" dalam Bahasa Indionesia sepadan dengan kata "pembelajaran". Instructional design dibahasaindonesiakan menjada rancang bangun pembelajaran atau pengembangan pembelajaran atau pengembangan sistem pembelajaran.

Dalam disiplin ilmu tersebut dikenal banyak sekali model desain instruksional yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan praktisi. Yang paling terkenal sebut saja Model Instruksional DIck and Carrey, Model ADDIE, ARCS, ASSURE dan seterusnya. Bahkan ada model Repid Instructional Design yang sempat menjadi perhatian. Saya menyarankan Anda untuk membaca di internet seperti apa model-model instruksional tersebut.

Model-model tersebut menjelaskan prosedur atau langkah dalam merancang pembelajaran. Kita bisa memilih model-model desain instruksional tersebut dengan mempertimbangkan karakter dan kondisi pembelajaran yang ingin kita laksanakan.

Contoh yang paling sederhana model ADDIE, singkatan dari Analize, Design, Develop, Implement, Evaluate. Singkatan tersebut menunjukkan langkah-langkah rancang bangun pembelajaran. Dalam model tersebut pembelajaran dikembangkan dalam 5 langkah yaitu menganalisis, merancang, mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi.

Langkah pertama dalam rancang bangun adalah menganalisis. Yang dimaksud dengan analisis adalah memeriksa, menelaah dan merumuskan. Yang dianalisis adalah kurikulum, siswa, sarana, lingkungan, media dan sumber, regulasi dan sebagainya. Dengan menganalisis seorang perancang pembelajaran (instructional designer) menyadari pembelajaran apa yang akan dikembangkan. Hasil analisis digunakan untuk merancang (membuat bluerint), sejenis silabus. Rancangan dimulai dari tujuan pembelajaran sampai ke rancangan evaluasi. Ketika rancangannya sudah jadi kemudian dikembangkan menjadi rencana pembelajaran instruksional. Dalam istilah kita lebih cenderung ke RPP. Setelah itu baru dilaksnakan. Dalam model ADDIE, langkah evaluasi dilakukan untuk 4 langkah tadi. JAdi setiap langkah selalu dievaluasi.

Model ADDIE merupakan model induk yang dikembangkan menjadi model-model lainnya. Jadi langkah pengembangan pembelajaran pada umumnya seperti itu. Model-model yang disenutkan di atas kebanyakan pengembangan dari model ini.

Kebanyakan guru di Indonesia bukan mengembangkan pembelajaran melainkan melaksanakan pembelajaran. Bukan mengembangkan rencana pembelajaran tapi membuat rencana pembelajaran. Mengapa saya mengatakan demikian, karena pebelajaran tidak pernah dikembangkan. Silabus dan RPP dibuat kemudian dilaksanakan atau disimpan. Hasul survey Anda menyatakan hanya 55% yang mengajar menggunakan RPP. Setelah itu disimpan. Hanya diubah ketika ada pergantian Waka Kurikulum atau Kepala Madrasah.

Itu yang membuat pembelajaran tidak berkembang. Banyak guru yang mengatakan RPP sangat bermanfaat bagi guru pemula, bagi uru lama tidak terlalu bermanfaat karena sudah hafal di luar kepala. Sebabnya adalah karena RPP tidak pernah dikemmbangkan. Jadi ada RPP seumur hidup.

Harusnya RPP dikembangkan, dilaksanakan, dievaluasi, dikembangkan lagi dan seterusnya. Ketika Anda melaksanakan pembelajaran menggunakan RPP Anda akan menemukan kelemahan pada RPP dan dicatat. Catatan tersebut dijadikan landasan untuk memperbaiki RPP untuk pertemuan atau tahun berikutnya. Itulah yang dilakukan guru Jepang dalam Lesson Studi. Di negara lain, RPP untuk kelas yang satu mungkin berbeda dengan RPP untuk kelas lainnya karena berdasarkan hasil analisis memang memiliki karakter berbeda. Meskipun KD yang diajarkan sama tapi karakter siswa dan kompnen lainnya dapat berbeda. Bahkan ada guru yang membuat plan A, dan plan B untuk satu kelas. Dua plan tersebut dirancang karena ada dua kelompok siswa yang berbeda karakter.

Dengan alasan tersebut tidak ada guru yang tidak membuat RPP, tidak ada guru yang hapal di luar kepala pembelajaran yang akan dilakukan, dan tidak ada RPP seumur hidup; karena setiap mau melaksanakan pembelajaran guru menghadapi KD dan situasi yang erbeda. Guru yang hafal langkah pembelajaran artinya guru tersebut tidak pernah mengembangakn pembelajaran.

Oleh karena itu mari kita selalu merencanakan pembelajaran dan terus mengembangkannya.

B. Pemetaan KD

Pemetaan SK/KD dalam menyusun Silabus terkadang tidak disertai telaah yang mendalam. Memang dalam menyusun silabus, pemetaan SK/KD menjadi hal tersulit dilakukan oleh guru. Yang menjadi pertanyaan apakah silabus yang Anda susun sudah melalui pemetaan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK/KD)? Apakah Anda langsung menyusun silabus? Dapatkah silabus langsung disusun tanpa melalui pemetaan? Pernahkah Anda menyusun silabus tanpa pemetaan?

Apa jawaban guru-guru atas pertanyaan di atas? Yup, tidak mungkin silabus disusun tanpa melalui pemetaan. Pada waktu guru pertama kali diminta untuk menyusun silabus, apakah pada waktu itu menyusunnya melalui pemetaan? Silabus yang pertama menjadi milik sekolah, apakah disusun sendiri oleh guru-guru? Kenyataannya tidak, guru-guru memperoleh silabus yang sudah jadi dari MGMP, ada yang download contoh silabus dari internet. Silabus itu diperoleh tanpa pemetaan, bukan berarti si penyusun silabus itu tidak melalui pemetaan.

Dewasa ini guru diminta untuk menganalisis/memetakan SK/KD sebelum menyusun silabus dan silabus tahun lalu harus dikembangkan. Bagaimanakah Anda menganalisis/memetakan SK/KD? Mudahkah pemetaan ini? Apa yang harus Anda perhatikan dalam memetakan SK/KD?

Untuk memetakan KI/KD, sekolah telah menyediakan format pemetaan tersebut, kemudian dalam MGMP sekolah guru menganalisis bersama-sama. Pemetaan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat berpikir siswa yang digunakan dalam KI/KD.


Setelah kita menentukan tingkat berpikir atau tingkat keterampilan psikomotor tertinggi untuk masing-masing Ki, kita lanjutkan untuk Kompetensi Dasar-nya. Tingkat berpikir dan psikomotor tertinggi untuk KD harus sama dengan SK. Setelah itu, kita menentukan indikator yang secara berturut-turut diperlukan untuk mencapai KD tersebut.

  1. Untuk mencapai tingkat berpikir dan psikomotor suatu KD, maka tingkat berpikir dan psikomotor indikator dimulai dari yang terendah, ranah C1 atau C2 sudah cukup.
  2. Secara bertahap diharapkan proses berpikir itu meningkat hingga tingkat tertinggi tercapai (C6). Karena psikomotor membantu mempermudah proses berpikir siswa, maka tingkatan psikomotor cukup dipilih yang sesuai, tidak bertahap secara rinci seperti tingkat berpikir.

Untuk menyusun pemetaan dapat diterapkan prinsip berikut.

·       Guru memiliki kebebasan untuk mendistribusikan KD untuk setiap sub tema dalam sebuah tema yang KD-nya tidak dibatasi. Contoh pada sub tema 2 dan 3 pada tema Diriku, lihat di silabus, tidak ada batas yang jelas, jadi guru menentukan mana KD yang cocok utnuk setiap sub tema.

·       Jumlah JP sebanya 26 adalah jam untuk pembelajaran tematik, di luar mata pelajaran Agama. Misalnya di kelas I, pada silabus tertulis jumlah jam per minggu adalah 30. Jumlah tersebut terdiri dari tematik 26 JP, dan agama 4 JP. Untuk MI jumlah jam pelajaran Agama disesuaikan dengan Kurikulum Mapel Agama dari Kemenag.

·       Dokumen silabus buka di http://www.izalmuslim.com/2016/12/silabus-tematik-sd-revisi-2016.html.

C.   Materi Esensial Fisik pada Mapel IPA MTs

Ilmu alam berkembang sangat pesat sehingga cabang disiplin ilmunya sangat banyak. Namun demikian cabang-cabang tersebut dalam mata pelajaran IPA MTs/SMP hanya dikelompokkan dalam kelompok sederhana yaitu fisika, kimia, biologi, astronomi dan ilmu bumi. Malah dalam kurikulum MTs/SM hanya dikelompokkan kedalam fisika, biologi, lingkungan dan bumi dan antariksa.

Khususn pada materi fisika tercantum 14 Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar terebut tersebar di setiap kelas dengan rincian 4 KD di kelas VII, 5 KD di kelas VIII dan 4 KD di kelas IX. Berikut tabel rincian materi fisika yang dimaksud dan tingkat kognisi minimal yang harus dicapai.

 

NO

MATERI

VII

VIII

IX

1

(Menerapkan) Pengukuran berbagai besaran dengan standar baku

(Menganalisis) Gerak dan pengaruh gaya terhadap gerak

(Menjelasakan) Listrik statis

2

(Menjelasakan) Campuran, zat tunggal, sifat fisika dan sifat kimia

(Menjelaskan) Usaha dan pesawat sederhana

(Menerapkan) Rangkaian listrik, enegi dan daya listrik

3

(Menganalisis) Suhu dan kalor

(Menerapkan) Tekanan zat dan penerapannya

(Menerapkan) Kemagnetan dan induksi elektromagnit

4

(Menganalisis) Energi dan perubahannya

(Menganalisis) Getaran, gelombang dan bunyi

(Menganalisis) Partikle materi

5

 

(Menganalisis) Sifat cahaya dan prinsip kerja alat optik

 

Dalam tabel terlihat konsep fisika yang harus dipelajari oleh peserta didik serta tingkat kognisinya. Tingkat kognisi yang paling rendaha adalah “menjelaskan”, dan paling tinggi adalah “menganalisis”. Tentu saja tingkat kognisi yang tercantum dalam KD adalah tingkat kognisi terendah. Guru dapat meningkatkan tingkat kognisi apabila konisi peerta didik memungkinkan.

Materi ajar fisika disajikan dalam kalimat KD yaitu KD3 (pengetahuan). KD pengetahuan terdiri dari dua bagian utama yaitu tingkat kognisi dan materi pokok. Mari kita lihat salah satu KD materi fisika pada mata pelajaran IPA MTs/SMP berikut.

 

KD 3.5 Kleas IX

Menerapkan konsep rangkaian listrik, energi dan daya listrik, sumber energi listrik dalam kehidupan sehari-hari termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya menghemat energi listrik (Permendikbud No 37 Tahun 2018, 2018).

Pertama, tingkat kognisi pada KD di atas adalah “menerapkan”. Pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi Anderson dan Krathwohl tangka kognisi tersebut berada pada tingkat 3 yaitu “penerapan”. Yang dimaksud dengan menerapkan Menurut Lorin dan Anderson adalah sebuah proses mental kognisi yang digunakan ketika melakukan lltihan atau memecahkan masalah. Tingkat kognisi ini berkaitan dengan pengetahuan procedural. Oleh karena itu bentuk nyata dari kemampuan “penerapan” adalah kemampuan menggunakan prosedur melakukan pekerjaan (Anderson & Krathwohl, 2001).

Sedangkan materi pokok yang harus dipelajari peserta didik terdiri dari beberapa konpse yaitu:

1.    Rangkaian listrik

2.    Energi dan daya listrik

3.    Sumber energi listrik konvensional dan aternatif

4.    Penghematan energi listrik

Materi pokok dan tingkat kognisi yang menyertai kalimat KD berimplikasi metodologis terhadap guru. Setidaknya hasil analisis di atas memberikan informasi kepada guru mengenai aspek metodologis berikut:

1.    Rincian dan tingkatan materi yang harus dicapai oleh peserta didik.

2.    Model dan metode pembelajaran yang harus digunakan untuk mencapai materi dan tingkat kognisi.

3.    Sumber dan media belajar yang harus digunakan.

4.    Instrumen evaluasi hasil belajar yang haus digunakan.

5.    Jumlah jam pelajaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan KD tersebut.

D.   Keterampilan Esensial Fisika pada Mapel IPA MTs

Pada materi fisika sudah ditetapkan KD keterampilan yang berpasangan dengan KD pengetahuannya. Pasangan KD pengetahuan dengan KD keterampilan menyiratkan bahwa pembelajaran fisika harus mengajarkan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan secara integral (tidak terpisah).  

Konsep pembelajaran integrative tersebut dicanangkan untuk mnghindari konsep pembelajaran IPA masa lalu yang memisahkan antara teori dengan praktik. Di masa lalu peserta didik diajarkan dulu teori kemudian dilakukan praktikum untuk membuktikan bahwa teori yang dipelajari dapat dibuktikan. Pada konsep pembelajaran IPA sekarang praktek merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan teori. Malah praktek dilakukan untuk memfasilitasi peserta didik menemukan konsep yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran praktek tersebut peserta didik berlatih keterampilan proses sain, dan hasilnya adalah pemahaman mengenai konsep sain terkait.

Seperti pada KD pengetahuan, dalam kalimat KD keterampilan terdapat penjelasan mengenai keterampilan proses sain yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelejari KD tersebur. Hanya saja pada KD keterampilan tidak tertulis dengan jelas tingkatan keterampilan yang harus dikuasai. Itu artinye guru memiliki pilihan untuk menentukan tingkat keterampilan yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan kondisi local. Guru dapat memilih level keterampilan yang dinginkan misalnya dengan model Harrow yang terdiri dari 5 tingkatan yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi.

Mari kita lihat contoh KD keterampilan pasangan dari KD pengetahuan pada contoh di atas.

KD 4.5: Menyajikan hasil rancangan dan pengukuran berbagai rangkaian listrik.

Apa maksud dari substansi KD tersebut? Guru harus menginterpretasi dan menetapkan keputusan mengenai keterampilan yang akan diajarkan dan menjadi tagihan, kemudian menetapkan jenis/bentuk kegiatan latihan untuk mencapai kompeteni tersebut. Mari kita mencoba menginterpretasinya.

1.    Produk hasil latihan ada dua yaitu rancangan rangkaian listrik dan hasil pengukuran satuan listrik dalam rangkaian listrik.

2.    Produk pertama yaitu rancangan rangkain listrik berupa gambar atau desain rangkain listrik seperti skema/site plan jaringan listrik di sebuah rumah atau rangkaian listrik yang ada dalam sebuah alat-alat yang berbasis listrik seperti kipas angin, kompor listarik dan sejenisnya.

3.    Produk kedua adalah laporan hasil pengukuran variebal kelistrikan seperti arus, tegangan dan tahanan yang ada dalam sebiah rangkauan listrik. Misalnya pada rangkaian seri atau parallel pada sebuah rangkaian listrik buatan.

4.    Kegiatan belajar atau latihan yang harus disajikan oleh guru setidaknya ada dua. Pertama mengajak peserta didik untuk menggambar skema rangkaian listrik seperti menggambar skema instalasi listrik di rumah. Kedua, menyajikan kegiatan membuat rankaian arus listrik seri dan parallel menggunakan minimal menggunakan batu baterai, stop kontak/swich dan lampu.

Seperti juga KD pengetahuan, hasil analisis KD keterampilan berimplikasi metodologis terhadap rencana dan pelaksanaan pembelajaran. Beberapa implikasi metodologis diantaranya:

1.    Model/Metode dan jenis kegiatan belajar yang haus tertulis pada RPP.

2.    Alat/bahan/sumber/media belajar yang harus disediakan.

3.    Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan KD.

4.    Instrumen penilaian yang harus digunakan untuk menilai keterampilan.

E.    Program Semester

Pengalaman saya bertemu dengan guru-guru dalam kediklatan, banyak guru yang mengeluh kekurangan jam pelajaran. Atau ada juga yang sebaliknya, merasa kelebihan jam pelajaran. Kelompok guru pertama mengeluh: “Semester sudah berakhir, materi belum tuntas. Materi kebanyakan!!!”. Kelompok kedua curhat: “Waktu masih 1,5 bulan, materi sudah habis. Saya hebat. Mau ngapain lagi saya???”.

Semoga Anda tidak termasuk kedua golongan guru tersebut. Kalau ada yang mengalami, kemungkinan besar ada kekliruan.  Ada beberapa kemungkinan kekeliruan. Pertama belum memahami substansi KD, sehingga materinya dan kegiatan kelebihan, atau kekurangan. Kedua tidak meranancang program semester, ketiga tidak menyusun rencana pembelajaran, keempat, mengajar tidak sesuai dengan rencana. Seorang guru bisa melakukan satu kesalahan, atau, dua, atau tiga, atau keempat-empatnya. Tapi apabila seorang guru melakukan kesalahan satu saja, atau empat, dampaknya sama saja. Oleh karena itu jangan melakukan kesalahan sama sekali.

Pada tutorial yang lalu kita sudah mendiskusikan pemetaan kompetensi. Anda sudah memetakan masing-masing kompetensi bukan? Seperti kita diskusikan kemarin bahwa pada pemetaan kompetensi guru mencoba memahami kompetensi minimal yang harus dikuasai para siswa. Dengan memahaminya, seorang guru akan menentukan materi kurikulum dan kegiatan belajar dengan tepat, sehinga tidak kelebihan atau kekurangan.

Langkah selanjutknya adalah menyusun program semester dan program tahuanan. Program tahunan merupakan gabungan dari dua semester, oleh karena itu yang paling penting adalah menyusun program semester.

Program semester adalah pemetaan kegiatan pembelajaran setiap KD kedalam waktu. Biasanya waktu yang digunakan dalam satuan minggu. Pada memetaan tersebut guru menentukan minggu dan bulan dimana sebuah KD akan diajarkan. Misalnya KD 3.1 dan 4.1 akan dilaksanakan minggu ketiga bulan Juli. Kemudian dilanjutkan KD 3.2, dan 4.2 pada minggu keempat bulan Juli, dan seterusnya. Untuk pembelajaran tematik misalnya pembelajaran tema Hidup Bersih dan Sehat, sub tema 1 (hidup bersh dan sehat di rumah), akan dilaksanakan bulan Agustus minggu minggu ke 2. Sub tema 2 (Hidup sehat di sekolah) akan dilaksanakan minggu ke 3.

Pada program semester semua KD, atau tema-sub tema dipetakan, tidak boleh ada yang tertinggal. Untuk pembelajaran tematik sudah dipatok bahwa pembelajaran setiap sub tema dilaksanakan seminggu. Oleh kareana itu pemetaan tidak terlalu sulit. Jumlah seluruh minggu efektif minimal 18, sedangkan jumlahsub tema ada 16. Jadi ada dua minggu untuk cadangan.

Untuk program semester mata pelajaran, setiap KD harus ditentukan berapa pertemuan. Ketika kita menyusun pemetaan KD, kita sudah menentukan jumlah jam pelajaran untuk setiap KD. Misalnya untuk pembelajaran KD 3.1, dan 4.1 dibutuhkan waktu 10 JP. Jumlah JP per minggu 3 JP. Berarti membutuhkan waktu 2 pertemuan, ditambah 1 JP untuk tes formatif. Untuk 2 pertemuan tersebut berarti butuh waktu 2 minggu. Pada program semester ditentukan pada bulan dan minggu keberapa pembelajaran KD tersebut akan dilaksanakan.

Dengan cara memetakan seperti itu guru sudah memiliki panduan waktu untuk melaksanakan pembelajaran tiap KD, tinggal guru mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan disiplin. Apabila tidak dipetakan seperti itu maka pelaksanaan pembelajaran akan sekenanya. Akibatnya bisa kesasar dan tidak sampai-sampai.

Pada lampiran saya cantumkan contoh program semester. Anda boleh menggunakannya atau menggunakan format lain yang lebih baik. Silakan Anda lihat dan mencoba mengisinya berdasarkan hasil pemetaan KD yang telah Anda buat sebelumnya. Cara mengisinya kira-kira sebagai berikut.

1.    Siapkan format program semester.

2.    Lihat kalender akademi, dan kalender local. Identifikasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat digunakan untuk pembelajaran. Dalam kalender akademik ada kegiatan awal masuk, libur nasional, libur awal puasa dan sebagainya. Mungkin ada kegiatan local yang akan menggunakan minggu tertetnu sehingga tidak dapat digunakan untuk pembelajaran, itu harus diidentifikasi juga. Tandai terlebih dahulu bulan dan minggu untuk kegiatan-kegiatan tersebut.

3.    Isikan KD, atau tema-sub tema kedalam format, dan tandai bulan dan minggu pembelajarannya dengan cara memberi warna.

4.    Perikasa lagi ketepatannya. 

F.    Penutup

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang direncanakan. Perencanaan pembelajaran diawali dari dengan menganalisis Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar pada ketiga ranah. Hasil analisis berimplikasi metodologis yang dapat digunakan oleh guru sebagai pertimbangan untuk merancang RPP dan menyajikan pembelajaran. Dengan demikian melalui kegiatan analisis kompetensi maka guru tidak merencanakan dan melaksanakan pembelajaran seadanya sehingga memiliki jaminan mutu.

0 comments:

Posting Komentar

Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.