Feature Top (Full Width)

DOMAIN PSIKOMOTORIK

Selasa, 16 Mei 2017



Menurut Simson (1972) kemampuan psikomotor termasuk gerakan, koordinasi dan keterampilan fisik. Perkembangan kemampuan tersebut membutuhkan latihan berulang. Menurut Dick and Carey (2005: 42)[1][1] sebuah kegiatan dapat digolongkan sebagai psikomotorik apabila eksekusinya menggunakan gerakan otot tanpa atau menggunakan peralatan. Kemampuan psikomotorik diukur dalam besaran kecapatan, akurasi (ketepatan), jarak, kekuatan dan kelenturan dalam melakukan gerakan sesuai dengan prosedur atau teknik pelaksanaan. Kegiatan yang termasuk kemampuan psikomotorik diantaranya: keterampilan menggunakan peralatan laboratorium IPA, kursus keterampilan vokasional sepertimenjahit, mengukir, membuat gerabah dan sebagainya; pendidikan olah raga, gerakan beribadah, latihan menggnakan peralatan seperti computer, kamera, alat musik dan seni pertinjukkan seperti menari, melukis dan sejenisnya.
Melemparkan bola baseball merupakan kemampuan psikomotor yang membutuhkan tenaga, kecepatan, akurasi dan kelenturan otot. Kemampuan ini harus dilatih berulang untuk dapat melakukannya dengan baik. Demikian juga kemampuan memegang kamera untuk memperoleh gambar yang jelas dari benda yang bergerak. Beda lagi dengan memprogram tatanyala lampu panggung agar berganti secara otomatis dengan cara menekan tombol-tombol tertentu. Kegiatan tersebut lebih cenderung atau dominan membutuhkan kemampuan kognisi.
Dalam mata pelajaran bahasa banyak yang mengelompokkan kemampuan menulis sebagai psikomotorik. Sebenarnya kemampuan tersebut lebih banyak masuk kedalam domain kognisi kategori aplikasi. Menuliskan kalimat lebih banyak melibatkan mental seperti kognisi mengeksplorasi ide, memilih kalimat, dan menerapkan konsep kalimat. Ada aspek psikomotornya, yaitu menggunakan otot tangan, tapi yang diukur dalam kemampaun menulis bukan keterampilan ototnya tapi aspek lain seperti struktur kalimat, penggunaan kosa kata, dan ide yang terkandung dalam kalimat. Boleh saja kemampuan menulis dikelompokkan kedalam domain psikomotorik tapi yang diukur misalnya kecepatan menulkis atau daya tahan tangan dalam menulis.
Kadang para pendidik menganggap bahwa setiap kegiatan praktek termasuk spikomotorik. Anggapan tersebut tidak tepat karena banyak praktek yang tidak dominan menggunakan otot. Misalnya praktek berpidato, praktek berbicara dalam bahasa asing,  praktek membuat puisi. Kelompok kompetensi yang ini juga cenderung tidak termasuk kemampuan psikomotorik melainkan kemampuan kognisi pada kategori penerapan.
Ada beberapa taksonomi kemampuan psikomotorik. Diantaranya yang disusun oleh Simson tahun 1972, Anita Harrow tahun 1972 dan HR. Dave’s tahun 1975. Dari ketiga taksonomi tersebut yang paling sesuai untuk desain pembelajaran anak-anak adalah taksonomi dari HR. Dave.



Taksonomi Dave’s terdiri dari lima kategori dari yang tingkat pemulai ke yang paling piawai seperti yang Nampak dalam piramida disamping. Penjelasan singkat dan kata kuci dari kelimta kelima kategori tersbut adalah sebagai berikut.
  1. Imitasi – meniru gerakan yang dilakukan oleh orang lain. Contoh: peserta didik meniru gerakan menendang bola gurunya.
  2. Manipulasi – melakukan gerakan berbeda dengan yang diajarkan. Contoh: peserta didik melakukan gerakan menendang bola dengan gaya sendiri, tidak lagi persis yang dicontohkan.
  3. Presisi – melakukan gerakan yang tepa atau akurat. Contoh: peserta didik menendang bola lebih terarah dan tepat sasaran.
  4. Artikulasi – memberikan sentuhan seni dengan menggabungkan beberapa hal yang hasilnya sebuah harmoni. Contoh: peserta didik menendang bola indah dengan gerakan melengkung (gerakan pisang).
  5. Naturalisasi – gerakan yang berkualitas menjadi bagian dari dirinya yang ketika dilakukan terjadi secara reflek. Contoh: peserta didik nampak sudah biasa menendang bola secara terarah, akurat dan indah sepeti layaknya seorang pesepak bola bertarap professional.
 
Berikut ini daftar kata kerja operasional ranah psikomotorik yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator hasil belajar.


Daftar kata kerja tersebut tidak mutlak. Mungkin masih ada kata kerja lain pada konteks tertentu yang lebih tepat. Apabila menemukannya, Anda bisa menambahkannya dalam daftar ini dan dapat menggunakannya.

Ditulis Oleh Asip Suryadi
Revisi 16 Mei 2017




DOMAIN AFEKTIF



Dalam buku yang ditulis oleh Krathwohl, Bloom dan Masia (1973) domain efekstif didefinisikan sebagai perilaku yang berkaitan dengan emosi seperti perasaan, nilai, aprisiasi, antusiasme, motivasi dan sikap. Domain afeksi terdiri dari 5 kategori disusun dari yang sederhana ke yang rumit yang meliputi receiving (penerimaan), responding(tanggapan), valuing (penilaian), organization (pengaturan) dan Characterising (pembiasaan).Tinghkatan kompetensi afektif digambarkan dalam piramida berikut.





Tingkatan perilaku tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.  Perilaku Penerimaan berbentuk kesadaran, kehendak mendengarkan, dan memperhatikan. Sebuah contoh sederhana, ketika Ahmad pertama kali memperoleh informasi tentang pentingnya olah raga bagi kesehatan maka sikap yang pertama kali adalah menerima dengan perkataan “ooo begitu yah” atau sikap lain yang ditunjukkan misalnya tekun duduk manis dan tertarik mendengarkan informasi tersebut.
2.    Perilaku merespon dalam bentuk partisipasi aktif menaggapi. Di tingkat ini Ahmad mulai bertanya, mencari informasi yang lebih banyak, mempelajari dan berlatih jenis olah raga tertentu.
3.    Perilaku penilaian ditunjukkan dengan sikap mulai memberikan komentar atau pernyataan-pernyataan dan mulai mengikuti kebiasaan tertentu. Di tingkat ini Ahmad mulai berkomentar bahwa si Andi temannya memiliki kebiasaan yabng baik karena sering oalh raga. Ahmad mulai mengikuti ajakan teman atau orang tua untuk berolaharaga hari minggu karena dia meyakini bahwa olah raga itu baik.
4.    Perilaku Pengorganisasian dan konseptualisasi ditunjukkan dengan sikap mengatur diri dan memutuskan sesutu berdasarkan prioritas.  memadukan nilai sikap berikutnya adalah mengorganisasi dan konseptualisasi. Di tingkat ini Ahmad mulai memiliki konsep yang jelas mengenai olahraga yang ditunjukkan dengan menggemari jenis olah raga ertentu dan mulai mengorganisasikan waktu dan biaya uantuk kebutuhan olah raga yang ia gemari. Di tingkat ini Ahmad mulai membeli alat olah raga dan menentukan jadwal. Ahmad juga mulai bergubung dengan kelompok/klab olah raga tertentu.
5.    Tingkatan tertinggi dari domain sikap Karakterisasi atau Internalisasi nilai. Dalam tingkatan ini seseorang telah menjadikan sebuah system nilai menjadi bagian dari perilaku keseharian sehingga menjadi karakteri. Di tingkat ini Ahmad mulai terbiasa dengan oleh raga yang digemarinya dan sudah menjadi bagian dari kehidupan. Kalau orang lain melihat Ahmad maka akan mengatakan bahwa Ahmad selalu kelihatan bugar karena berolahraga secara rutin. Ahmad sendiri merasa kalau tidak berolah raga maka merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya.

Berikut ini kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator hasil belajar pada domain sikap.



Daftar kata kerja tersebut tidak mutlak. Mungkin masih ada kata kerja lain pada konteks tertentu yang lebih tepat. Apabila menemukannya, Anda bisa menambahkannya dalam daftar ini dan dapat menggunakannya.

Ditulis oleh Asip Suryadi
Revisi 16 Mei 2017


Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.