Feature Top (Full Width)

DOMAIN KOGNITIF

Jumat, 12 Mei 2017






Kita sudah kenal taksonomi Krathwohl-Anderson. Taksonomi ini merupakan revisi dari taksonomi Bloom. Taksonomi hasil belajar yang disusun Benjamin Bloom tahun 1956 oleh lorin Andersoan, murdnya sendiri, dianggap harus direvisi. Bloom  mengelompokan dan menyusun tingkatan hasil belajar kedalam 5 tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Menurut Lorin Underson, di era barui ini hasil belajar tidak cuikup hanya sampai evaluasi taoi harus sampai mencipta. Oleh karena itu Andersoan dengan koleganya, David R. Krathwohl merevisi taksonomi Bloom melalui buku berjudul Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing: A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives yang diterbitkan pada tahun 2001. Anderson mengklasifikasi tingkatan hasil belajar kedalam 5 kelompok yaitu mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.

Skema di bawah adalah perbandingan antara taksonomi Bloom dan Anderson. Mari kita lihat perubahannya:



Tingkatan hasil belajar baik oleh Bloom maupun oleh Anderson digambarkan dalam sebuah piramida yang menggambarkan jumlah kompetensi hasilbelajar setiap tingkatan. Luas piramida bagian “mengingat/remeber” lebih besar dari pada “memahami/understanding”. Artinya jumlah kompetensi kognitif mengingat selalu lebih besar dari pada memahami, dan mengingat itu menjadi landasan untuk memahami. Artinya sebelum seseorang banyak pengetahuannya, maka belum memungkinkan untuk memahami sesuatu. Demikian juga, sebelum seseorang memahami sesuatu maka belum memungkinkan untuk menerapkanyya.
Seperti Anda lihat. Ada dua perubahan utama dari piramidan pertama ke piramida kedua. Perubahan pertama, ada perubahan tingkatan hasil belajar kognitif. Analisis dan sintesis pada taksonomi Bloom beda tingkatan, menurut Andesrosn itu ada di tingkat yang sama, makanya dituliskan hanya analisis saja. Pada tingkatan tersebut sebenarnya ketikla seseorang dapat melakukan analisis, maka dia juga dapat melakukan sintesis. Kemudian tingkat tertinggi hasil belajar kognitif pada taksonomi Bloom adalah evaluasi, sedangkan pada taksonomi Andersoan adalah mencipta (create)

Perubahan utama kedua adalah perubahan penggunaan kata benda dalam taksonomi Bloom menjadi kata kerja pada taksonomi Anderson. Alasannya, hasil belajar harus berbentuk melakukan oleh karena itu ditulis dalam kata kerja atau action verb (kata kerja operasional). Mari kita lihat definisi dan kata kerja operasional setiap tingkatan dalam tabel berikut.
 


Deskri tersebut juga dapat divisualisasi seperti pada kerucut tiga dimensi di bawah ini.




Pada taksonomo Andersoan juga dikenal istilah HOT (Higher Order Thinking). Yang dimaksud dengan HOT adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dalam taksonomi Anderson,  hasil belajar yang termasuk kedalam wilayah ini mulai “menganalisis” hingga “mencipta” seperti terlihat pada pira,mida di bawah ini.




Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi tapi dalam taksonomi Anderseon dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan dimensi kedua Cognitive Process Dimension (dimensi proses kognisi). Knowledge dimension terdiri dari 3 tingkat yaitu factual knowledge(pengetahuan faktual), conceptual knowledge (pengetahuan konseptual), procedural knowledge (pengetahuan procedural) dan meta-cognitive knowledge (pengetahuan metakognitif).  Penjelasan setiap dimensi pengetahuan seperti berikut ini.



1.        Factual Knowledge (Pengetahuan factual): pengetahuan berbentuk fakta seperti nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia pertama dan sebagainya.
2.        Conceptual knowledge (Pengetahuan konseptual): pengetahuan berbentuk konsep, hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip kerja AC dan sejenisnya.
3.        Procedural Knolwledge (Pengetahuan procedural): pengetahuan berbentuk cara melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk, prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan sejenisnya.
4.        Meta-cognition Knowledge (Pengetahuan metakognisi): sering disebut a process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi dan strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk meningklatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan kemampuan melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.


Para ahli di Iowa State University membuat ilustrasi dengan grafik berdimensi tiga seperti pada gambar berikut.


Dalam grafik tersebut terlihat balok-balok yang menunjukkan tingakatan kompetensi. Pengetahuan factual (factual knowledge) pada dimensi ingatan (remembering) menujukkan tingkat kognisi paling randah, dan meta-kognisi (meta cognition knowledge) pada dimensi kreasi (creation) menunjukkan tingkatan kompetensi paling tinggi.


Apabila dilihat dengan cara dua dimensi dapat digambarkan dalam tabel berikut.



Berdasarkan tabel di atas hasil belajar yang paling rendah adalah FC1 (factual-kognitif), dan hasil belajar tertinggi adalah MC6 (metacgniton-creation). Hasil belajar FC 1 misalnya: Dapat menyebutkan nama-nama presiden Indonesia sejak proklamasi sampai tahun 2017. Contoh hasil belajar tingkat MC6 misalnya: menciptakan sebuah strategi yang dapat membantu dirinya atau orang lain untuk meningkatkan cara memecahkan masalah.

Berikut kata kerja opersional domain kognitif yang dapat digunakan dalam merumuskan indikator hasil belajar. 





Daftar kata kerja tersebut tidak mutlak. Mungkin masih ada kata kerja lain pada konteks tertentu yang lebih tepat. Apabila menemukannya, Anda bisa menambahkannya dalam daftar ini dan dapat menggunakannya.


Ditulis oleh Asip Suryadi
Revisi 16 Mei 2017

Kognitivisme

Kamis, 16 Maret 2017



TADARUS PEDAGOGI TOPIK 1 BAGIAN 2
Asip Suryadi

Meri kita lanjutkan tadarus pedagogi kita. Di topik sebelumnya kita mendiskusikan teori behaviorisme dan penerapannya. Mari kita sambung dengan teori belajar kedua, yaitu kognitivisme.

 Jean Piaget

Kognitivisme adalah gerakan revolusional mengkritik behaviorisme di tahun 1960-an.  Menurut kognitivisme, belajar bukan sekedar perubahan perilaku yang dapat diamati secara kasat mata, melainkan aktivitas mentalseperti berpikir (thinking), mengingat (memorizing), pemecahan masalah (problem solving),  menganalisis-sintesis, kreativitas dan sejenisnya. Kognitivisme menguak ruang gelap (black Box) yang ada pada pikiran manusia untuk memahami bagaimana proses berpikir dilakukan.
Tokoh utama kognitivisme adalah Jean Piaget yang hidup (1896-1980). Ia seorang ahli biologi-zoologi, sekaligus ahli psikologi klinis di Universitas Geneva Swiss. Ia lebih terkenal dengan teori psikologi perkembangan (development of human cognition-intellegence). Tokoh lain yang menjadi empu kognitivisme adalah Bruner (Jerome Seymour Bruner 1915 –2016) dari Amerika.

Teori utama psikologi kognitif terdiri dari dua bagian. Pertama usia perkembangan (cognitive development), dan kedua struktur kognitif  (cognitive structure). Menurut Piaget, seorang anak berkembang melalui 4 tahap yaitu tahap pre-operational(0-2 tahun) tahap sensory-motor (2-7 tahun), tahap dua concrete operational(7- 11 tahun), dan tahap formal operational (11 tahun dan selanjutnya). Setiap tahapan memiliki cirri perkembangan tertentu. Teori ini member petunjuk bagi para guru dan praktisi psikologi untuk berkomunikasi dengan anak pada umur tertentu. Guru sebaiknya mempelajarinya agar dapat memahami cara berkomunikasi dengan siswa pada tahapan tertentu. Dengan memahaminya guru dapat memilih matode, media dan sumber belajar.

Pada topik ini tidak akan membahas perkembangan kognitif tapi mengangkat topik struktur kognitif. Topik perkembangan kognitif insya-Allah kita bahas pada topik berikutnya.
Struktur kognitif adalah sebuah ruang dimana manusia dapat memproses data untuk memahami suatu infomasi menggunakan kemampuan otak. Hasil dari proses tersebut adalah pengetahuan. Ada 3 fungsi dari struktur kognitif yaitu kemampuan membandingkan Comparative thinking structures, kemampuan menyajikan informasi dalam bentuk symbol-simbol (Symbolic representation structures), dan kemampuan menyimpulkan (Logical reasoning structures). Ketiga kemampuan tersebut terkait antara satu dengan lainnya.
Secara singkat, struktur kognitif manusia dapat diandaikan seperti sistem dalam sebuah perangkat komputer. Dalam perangkat tersebut terdapat perangkat input (masukan), processor (pengolahan) dan storing (penyimpanan). Dalam perangkat computer Informasi di-input melalui perangkat pad, keyboard, camera, sound recorder, video recorder dan sejenisnya. Informasi yang telah di-input diproses menggunakan prosessor. Kalau Anda mendengan “Pentium”, itu nama salah satu prosessor yang  paling banyak digunakan dalam komputer di Indonesia. Alat tersebut dapat memproses mengolah data seperti yang Anda inginkan. Contohnya Anda ingin mengubah warna tulisan menjadi merah atau biru, alat tersebut akan melakukannya dengan cepat. Kalau Anda ingin mengolah data angka untuk mencari rerata, median, modus dan kecenderungan lainnya, prosesor akan melakukannya. Apabila informasi sudah diolah maka disimpan di memori (RAM=random access memory).  Data yang tersimpan dalam memori dapat dipanggil lagi apabila dibutuhkan.

Struktur kognitif manusia fungsinya mirip seperti itu. Informasi di-input melalui panca indera (mata-hidung, telinga, lidah dan kulit). Informasi yang diterima diolah dalam saraf otak menjadi ilmu pengetahuan dan dismpian di bagian ingatan. Apabila diperlukan pengetahuan tersebut dapat dipanggil lagi. Fungsi otak yang berfungsi mengolah dan menyimpan data terletak dalam sistem limbik  pada bagian hyppocampus yang terletak di otak bagian dalam.


Misalnya, kemarin seorang anak melihat pesawat terbang berwarna putih, bertuliskan huruf berwarna biru dengan logo menyerupai burung. Ukurannya besar, sebesar rumah. Infomasi tersebut diolah dalam otak sehingga membentuk pengetahuan. Apabila ditanya hari ini mengenai apa yang ia lihat kemarin maka anak tersebut akan menjawab sesuai dengan hasil olahan data yang telah dilakukan.

Proses menerima informasi, dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang bermakna dan berkesan, kemudian menyimimpannya dalam memori, itulah yang disebut belajar menurut kognitivisme.

Berdasarkan teori tersebut, menurut Anda apa yang harus dilakukan agar belajar dapat dilakukan dengan mudah dan cepat? Tentu saja yang pertama, informasi harus disampaikan dengan jelas. Semakin banyak informasi yang ditangkap, maka semakin banyak data yang dapat diolah. Itulah fungsi penggunaan sumber, media dan alat belajar. Oleh karena itu gunakan sumber-media-dan alat belajar yang melibatkan seluruh pancaindera. Ketika informasi hanya diperoleh dari satu panca indera saja maka lebih banyak kemungkinan untuk salah tafsir. Makanya ketika ketika belajar siswa hanya memperoleh informasi dari mendengarkan saja maka informasi tersebut menjadi kurang lengkap untuk diolah sehingga pengetahuan yang terbentuk bisa keliru.

Sementara itu dulu tema tadarus kita hari ini. Masih banyak tema seputar kognitivisme yang kita harus diskusikan. Kita akan lakukan selanjutnya.
Selamat berdiskusi.

Sumber gambar:
1. Jean Piaget: http://www.biography.com/people/jean-piaget-9439915#synopsis, 16 maret 2017-03-16. 
2. Gambar otak: http://www.human-memory.net/brain_parts.html, 16 Maret 2017



Ipsum

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.

Dolor

Delete this widget in your dashboard. This is just an example.