Oleh Asip Suryadi
A.
Pengantar
Rekan
rekan, rencanaan pembelajaran atau disain instruksional, dalam istilah
international dikenal dengan instructional design (ID) tidak sekedar istilah
melainkan sebuah disiplin ilmu. Kata "instructional" dalam Bahasa
Indionesia sepadan dengan kata "pembelajaran". Instructional design
dibahasaindonesiakan menjada rancang bangun pembelajaran atau pengembangan
pembelajaran atau pengembangan sistem pembelajaran.
Dalam
disiplin ilmu tersebut dikenal banyak sekali model desain instruksional yang
telah dikembangkan oleh para ilmuwan dan praktisi. Yang paling terkenal sebut
saja Model Instruksional DIck and Carrey, Model ADDIE, ARCS, ASSURE dan
seterusnya. Bahkan ada model Repid Instructional Design yang sempat menjadi
perhatian. Saya menyarankan Anda untuk membaca di internet seperti apa
model-model instruksional tersebut.
Model-model
tersebut menjelaskan prosedur atau langkah dalam merancang pembelajaran. Kita
bisa memilih model-model desain instruksional tersebut dengan mempertimbangkan
karakter dan kondisi pembelajaran yang ingin kita laksanakan.
Contoh
yang paling sederhana model ADDIE, singkatan dari Analize, Design, Develop,
Implement, Evaluate. Singkatan tersebut menunjukkan langkah-langkah rancang
bangun pembelajaran. Dalam model tersebut pembelajaran dikembangkan dalam 5
langkah yaitu menganalisis, merancang, mengembangkan, menggunakan,
mengevaluasi.
Langkah
pertama dalam rancang bangun adalah menganalisis. Yang dimaksud dengan analisis
adalah memeriksa, menelaah dan merumuskan. Yang dianalisis adalah kurikulum,
siswa, sarana, lingkungan, media dan sumber, regulasi dan sebagainya. Dengan
menganalisis seorang perancang pembelajaran (instructional designer)
menyadari pembelajaran apa yang akan dikembangkan. Hasil analisis digunakan
untuk merancang (membuat bluerint), sejenis silabus. Rancangan dimulai
dari tujuan pembelajaran sampai ke rancangan evaluasi. Ketika rancangannya
sudah jadi kemudian dikembangkan menjadi rencana pembelajaran instruksional.
Dalam istilah kita lebih cenderung ke RPP. Setelah itu baru dilaksnakan. Dalam
model ADDIE, langkah evaluasi dilakukan untuk 4 langkah tadi. JAdi setiap
langkah selalu dievaluasi.
Model
ADDIE merupakan model induk yang dikembangkan menjadi model-model lainnya. Jadi
langkah pengembangan pembelajaran pada umumnya seperti itu. Model-model yang
disenutkan di atas kebanyakan pengembangan dari model ini.
Kebanyakan
guru di Indonesia bukan mengembangkan pembelajaran melainkan melaksanakan
pembelajaran. Bukan mengembangkan rencana pembelajaran tapi membuat rencana
pembelajaran. Mengapa saya mengatakan demikian, karena pebelajaran tidak pernah
dikembangkan. Silabus dan RPP dibuat kemudian dilaksanakan atau disimpan. Hasul
survey Anda menyatakan hanya 55% yang mengajar menggunakan RPP. Setelah itu
disimpan. Hanya diubah ketika ada pergantian Waka Kurikulum atau Kepala
Madrasah.
Itu yang
membuat pembelajaran tidak berkembang. Banyak guru yang mengatakan RPP sangat
bermanfaat bagi guru pemula, bagi uru lama tidak terlalu bermanfaat karena
sudah hafal di luar kepala. Sebabnya adalah karena RPP tidak pernah
dikemmbangkan. Jadi ada RPP seumur hidup.
Harusnya
RPP dikembangkan, dilaksanakan, dievaluasi, dikembangkan lagi dan seterusnya.
Ketika Anda melaksanakan pembelajaran menggunakan RPP Anda akan menemukan
kelemahan pada RPP dan dicatat. Catatan tersebut dijadikan landasan untuk
memperbaiki RPP untuk pertemuan atau tahun berikutnya. Itulah yang dilakukan
guru Jepang dalam Lesson Studi. Di negara lain, RPP untuk kelas yang satu
mungkin berbeda dengan RPP untuk kelas lainnya karena berdasarkan hasil
analisis memang memiliki karakter berbeda. Meskipun KD yang diajarkan sama tapi
karakter siswa dan kompnen lainnya dapat berbeda. Bahkan ada guru yang membuat
plan A, dan plan B untuk satu kelas. Dua plan tersebut dirancang karena ada dua
kelompok siswa yang berbeda karakter.
Dengan
alasan tersebut tidak ada guru yang tidak membuat RPP, tidak ada guru yang hapal
di luar kepala pembelajaran yang akan dilakukan, dan tidak ada RPP seumur
hidup; karena setiap mau melaksanakan pembelajaran guru menghadapi KD dan
situasi yang erbeda. Guru yang hafal langkah pembelajaran artinya guru tersebut
tidak pernah mengembangakn pembelajaran.
Oleh
karena itu mari kita selalu merencanakan pembelajaran dan terus
mengembangkannya.
B. Pemetaan KD
Pemetaan SK/KD dalam menyusun Silabus terkadang tidak
disertai telaah yang mendalam. Memang dalam menyusun silabus, pemetaan SK/KD
menjadi hal tersulit dilakukan oleh guru. Yang menjadi pertanyaan apakah
silabus yang Anda susun sudah melalui pemetaan standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SK/KD)? Apakah Anda langsung menyusun silabus? Dapatkah
silabus langsung disusun tanpa melalui pemetaan? Pernahkah Anda menyusun
silabus tanpa pemetaan?
Apa jawaban guru-guru atas pertanyaan di atas? Yup, tidak mungkin silabus
disusun tanpa melalui pemetaan. Pada waktu guru pertama kali diminta untuk
menyusun silabus, apakah pada waktu itu menyusunnya melalui pemetaan? Silabus
yang pertama menjadi milik sekolah, apakah disusun sendiri oleh guru-guru?
Kenyataannya tidak, guru-guru memperoleh silabus yang sudah jadi dari MGMP, ada
yang download contoh silabus dari internet. Silabus itu diperoleh tanpa pemetaan,
bukan berarti si penyusun silabus itu tidak melalui pemetaan.
Dewasa ini guru diminta untuk menganalisis/memetakan
SK/KD sebelum menyusun silabus dan silabus tahun lalu harus dikembangkan.
Bagaimanakah Anda menganalisis/memetakan SK/KD? Mudahkah pemetaan ini? Apa yang
harus Anda perhatikan dalam memetakan SK/KD?
Untuk memetakan KI/KD, sekolah telah menyediakan format pemetaan
tersebut, kemudian dalam MGMP sekolah guru menganalisis bersama-sama. Pemetaan
ini bertujuan untuk menganalisis tingkat berpikir siswa yang digunakan dalam
KI/KD.
Setelah kita menentukan tingkat berpikir atau tingkat keterampilan psikomotor
tertinggi untuk masing-masing Ki, kita lanjutkan untuk Kompetensi Dasar-nya.
Tingkat berpikir dan psikomotor tertinggi untuk KD harus sama dengan SK.
Setelah itu, kita menentukan indikator yang secara berturut-turut diperlukan
untuk mencapai KD tersebut.
- Untuk mencapai tingkat berpikir dan psikomotor suatu
KD, maka tingkat berpikir dan psikomotor indikator dimulai dari yang
terendah, ranah C1 atau C2 sudah cukup.
- Secara bertahap diharapkan proses berpikir itu
meningkat hingga tingkat tertinggi tercapai (C6). Karena psikomotor
membantu mempermudah proses berpikir siswa, maka tingkatan psikomotor
cukup dipilih yang sesuai, tidak bertahap secara rinci seperti tingkat
berpikir.
Untuk menyusun pemetaan dapat diterapkan prinsip berikut.
· Guru
memiliki kebebasan untuk mendistribusikan KD untuk setiap sub tema dalam sebuah
tema yang KD-nya tidak dibatasi. Contoh pada sub tema 2 dan 3 pada tema Diriku,
lihat di silabus, tidak ada batas yang jelas, jadi guru menentukan mana KD yang
cocok utnuk setiap sub tema.
· Jumlah
JP sebanya 26 adalah jam untuk pembelajaran tematik, di luar mata pelajaran
Agama. Misalnya di kelas I, pada silabus tertulis jumlah jam per minggu adalah
30. Jumlah tersebut terdiri dari tematik 26 JP, dan agama 4 JP. Untuk MI jumlah
jam pelajaran Agama disesuaikan dengan Kurikulum Mapel Agama dari Kemenag.
· Dokumen
silabus buka di
http://www.izalmuslim.com/2016/12/silabus-tematik-sd-revisi-2016.html.
C. Materi Esensial Fisik pada
Mapel IPA MTs
Ilmu alam berkembang sangat pesat
sehingga cabang disiplin ilmunya sangat banyak. Namun demikian cabang-cabang
tersebut dalam mata pelajaran IPA MTs/SMP hanya dikelompokkan dalam kelompok
sederhana yaitu fisika, kimia, biologi, astronomi dan ilmu bumi. Malah dalam
kurikulum MTs/SM hanya dikelompokkan kedalam fisika, biologi, lingkungan dan
bumi dan antariksa.
Khususn pada materi fisika
tercantum 14 Kompetensi Dasar. Kompetensi dasar terebut tersebar di setiap
kelas dengan rincian 4 KD di kelas VII, 5 KD di kelas VIII dan 4 KD di kelas
IX. Berikut tabel rincian materi fisika yang dimaksud dan tingkat kognisi
minimal yang harus dicapai.
NO |
MATERI |
||
VII |
VIII |
IX |
|
1 |
(Menerapkan) Pengukuran berbagai
besaran dengan standar baku |
(Menganalisis) Gerak dan
pengaruh gaya terhadap gerak |
(Menjelasakan) Listrik statis |
2 |
(Menjelasakan) Campuran, zat
tunggal, sifat fisika dan sifat kimia |
(Menjelaskan) Usaha dan pesawat
sederhana |
(Menerapkan) Rangkaian listrik,
enegi dan daya listrik |
3 |
(Menganalisis) Suhu dan kalor |
(Menerapkan) Tekanan zat dan
penerapannya |
(Menerapkan) Kemagnetan dan
induksi elektromagnit |
4 |
(Menganalisis) Energi dan
perubahannya |
(Menganalisis) Getaran, gelombang
dan bunyi |
(Menganalisis) Partikle materi |
5 |
|
(Menganalisis) Sifat cahaya dan
prinsip kerja alat optik |
|
Dalam tabel terlihat konsep fisika yang harus dipelajari oleh peserta didik serta tingkat kognisinya. Tingkat kognisi yang paling rendaha adalah “menjelaskan”, dan paling tinggi adalah “menganalisis”. Tentu saja tingkat kognisi yang tercantum dalam KD adalah tingkat kognisi terendah. Guru dapat meningkatkan tingkat kognisi apabila konisi peerta didik memungkinkan.
Materi ajar fisika disajikan dalam
kalimat KD yaitu KD3 (pengetahuan). KD pengetahuan terdiri dari dua bagian
utama yaitu tingkat kognisi dan materi pokok. Mari kita lihat salah satu KD
materi fisika pada mata pelajaran IPA MTs/SMP berikut.
KD 3.5 Kleas IX
Menerapkan konsep rangkaian
listrik, energi dan daya listrik, sumber energi listrik dalam kehidupan
sehari-hari termasuk sumber energi listrik alternatif, serta berbagai upaya
menghemat energi listrik (Permendikbud
No 37 Tahun 2018, 2018).
Pertama, tingkat kognisi pada KD
di atas adalah “menerapkan”. Pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi Anderson
dan Krathwohl tangka kognisi tersebut berada pada tingkat 3 yaitu “penerapan”. Yang
dimaksud dengan menerapkan Menurut Lorin dan Anderson adalah sebuah proses
mental kognisi yang digunakan ketika melakukan lltihan atau memecahkan masalah.
Tingkat kognisi ini berkaitan dengan pengetahuan procedural. Oleh karena itu
bentuk nyata dari kemampuan “penerapan” adalah kemampuan menggunakan prosedur melakukan
pekerjaan (Anderson
& Krathwohl, 2001).
Sedangkan materi pokok yang harus
dipelajari peserta didik terdiri dari beberapa konpse yaitu:
1. Rangkaian listrik
2. Energi dan daya listrik
3. Sumber energi listrik konvensional
dan aternatif
4. Penghematan energi listrik
Materi pokok dan tingkat kognisi
yang menyertai kalimat KD berimplikasi metodologis terhadap guru. Setidaknya hasil
analisis di atas memberikan informasi kepada guru mengenai aspek metodologis berikut:
1. Rincian dan tingkatan materi yang
harus dicapai oleh peserta didik.
2. Model dan metode pembelajaran yang
harus digunakan untuk mencapai materi dan tingkat kognisi.
3. Sumber dan media belajar yang
harus digunakan.
4. Instrumen evaluasi hasil belajar
yang haus digunakan.
5. Jumlah jam pelajaran yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan KD tersebut.
D.
Keterampilan Esensial Fisika pada Mapel IPA MTs
Pada materi fisika sudah
ditetapkan KD keterampilan yang berpasangan dengan KD pengetahuannya. Pasangan
KD pengetahuan dengan KD keterampilan menyiratkan bahwa pembelajaran fisika harus
mengajarkan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan secara integral (tidak
terpisah).
Konsep pembelajaran
integrative tersebut dicanangkan untuk mnghindari konsep pembelajaran IPA masa
lalu yang memisahkan antara teori dengan praktik. Di masa lalu peserta didik
diajarkan dulu teori kemudian dilakukan praktikum untuk membuktikan bahwa teori
yang dipelajari dapat dibuktikan. Pada konsep pembelajaran IPA sekarang praktek
merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan teori. Malah praktek dilakukan
untuk memfasilitasi peserta didik menemukan konsep yang sedang dipelajari. Pada
pembelajaran praktek tersebut peserta didik berlatih keterampilan proses sain,
dan hasilnya adalah pemahaman mengenai konsep sain terkait.
Seperti pada KD pengetahuan,
dalam kalimat KD keterampilan terdapat penjelasan mengenai keterampilan proses
sain yang harus dikuasai peserta didik setelah mempelejari KD tersebur. Hanya
saja pada KD keterampilan tidak tertulis dengan jelas tingkatan keterampilan
yang harus dikuasai. Itu artinye guru memiliki pilihan untuk menentukan tingkat
keterampilan yang harus dicapai peserta didik sesuai dengan kondisi local. Guru
dapat memilih level keterampilan yang dinginkan misalnya dengan model Harrow
yang terdiri dari 5 tingkatan yaitu imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi
dan naturalisasi.
Mari kita lihat contoh KD
keterampilan pasangan dari KD pengetahuan pada contoh di atas.
KD 4.5: Menyajikan hasil
rancangan dan pengukuran berbagai rangkaian listrik.
Apa maksud dari substansi KD tersebut?
Guru harus menginterpretasi dan menetapkan keputusan mengenai keterampilan yang
akan diajarkan dan menjadi tagihan, kemudian menetapkan jenis/bentuk kegiatan
latihan untuk mencapai kompeteni tersebut. Mari kita mencoba
menginterpretasinya.
1. Produk
hasil latihan ada dua yaitu rancangan rangkaian listrik dan hasil pengukuran
satuan listrik dalam rangkaian listrik.
2. Produk
pertama yaitu rancangan rangkain listrik berupa gambar atau desain rangkain
listrik seperti skema/site plan jaringan listrik di sebuah rumah atau
rangkaian listrik yang ada dalam sebuah alat-alat yang berbasis listrik seperti
kipas angin, kompor listarik dan sejenisnya.
3. Produk
kedua adalah laporan hasil pengukuran variebal kelistrikan seperti arus,
tegangan dan tahanan yang ada dalam sebiah rangkauan listrik. Misalnya pada
rangkaian seri atau parallel pada sebuah rangkaian listrik buatan.
4. Kegiatan
belajar atau latihan yang harus disajikan oleh guru setidaknya ada dua. Pertama
mengajak peserta didik untuk menggambar skema rangkaian listrik seperti
menggambar skema instalasi listrik di rumah. Kedua, menyajikan kegiatan membuat
rankaian arus listrik seri dan parallel menggunakan minimal menggunakan batu
baterai, stop kontak/swich dan lampu.
Seperti juga KD pengetahuan,
hasil analisis KD keterampilan berimplikasi metodologis terhadap rencana dan
pelaksanaan pembelajaran. Beberapa implikasi metodologis diantaranya:
1. Model/Metode
dan jenis kegiatan belajar yang haus tertulis pada RPP.
2. Alat/bahan/sumber/media
belajar yang harus disediakan.
3. Waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan KD.
4. Instrumen
penilaian yang harus digunakan untuk menilai keterampilan.
E.
Program Semester
Pengalaman saya bertemu dengan guru-guru dalam kediklatan,
banyak guru yang mengeluh kekurangan jam pelajaran. Atau ada juga yang
sebaliknya, merasa kelebihan jam pelajaran. Kelompok guru pertama mengeluh:
“Semester sudah berakhir, materi belum tuntas. Materi kebanyakan!!!”. Kelompok
kedua curhat: “Waktu masih 1,5 bulan, materi sudah habis. Saya hebat. Mau
ngapain lagi saya???”.
Semoga Anda tidak termasuk
kedua golongan guru tersebut. Kalau ada yang mengalami, kemungkinan besar ada
kekliruan. Ada beberapa kemungkinan kekeliruan.
Pertama belum memahami substansi KD, sehingga materinya dan kegiatan kelebihan,
atau kekurangan. Kedua tidak meranancang program semester, ketiga tidak
menyusun rencana pembelajaran, keempat, mengajar tidak sesuai dengan rencana.
Seorang guru bisa melakukan satu kesalahan, atau, dua, atau tiga, atau
keempat-empatnya. Tapi apabila seorang guru melakukan kesalahan satu saja, atau
empat, dampaknya sama saja. Oleh karena itu jangan melakukan kesalahan sama
sekali.
Pada tutorial yang lalu kita
sudah mendiskusikan pemetaan kompetensi. Anda sudah memetakan masing-masing
kompetensi bukan? Seperti kita diskusikan kemarin bahwa pada pemetaan
kompetensi guru mencoba memahami kompetensi minimal yang harus dikuasai para
siswa. Dengan memahaminya, seorang guru akan menentukan materi kurikulum dan
kegiatan belajar dengan tepat, sehinga tidak kelebihan atau kekurangan.
Langkah selanjutknya adalah
menyusun program semester dan program tahuanan. Program tahunan merupakan
gabungan dari dua semester, oleh karena itu yang paling penting adalah menyusun
program semester.
Program semester adalah
pemetaan kegiatan pembelajaran setiap KD kedalam waktu. Biasanya waktu yang
digunakan dalam satuan minggu. Pada memetaan tersebut guru menentukan minggu
dan bulan dimana sebuah KD akan diajarkan. Misalnya KD 3.1 dan 4.1 akan
dilaksanakan minggu ketiga bulan Juli. Kemudian dilanjutkan KD 3.2, dan 4.2
pada minggu keempat bulan Juli, dan seterusnya. Untuk pembelajaran tematik
misalnya pembelajaran tema Hidup Bersih dan Sehat, sub tema 1 (hidup bersh dan
sehat di rumah), akan dilaksanakan bulan Agustus minggu minggu ke 2. Sub tema 2
(Hidup sehat di sekolah) akan dilaksanakan minggu ke 3.
Pada program semester semua
KD, atau tema-sub tema dipetakan, tidak boleh ada yang tertinggal. Untuk
pembelajaran tematik sudah dipatok bahwa pembelajaran setiap sub tema
dilaksanakan seminggu. Oleh kareana itu pemetaan tidak terlalu sulit. Jumlah
seluruh minggu efektif minimal 18, sedangkan jumlahsub tema ada 16. Jadi ada
dua minggu untuk cadangan.
Untuk program semester mata
pelajaran, setiap KD harus ditentukan berapa pertemuan. Ketika kita menyusun
pemetaan KD, kita sudah menentukan jumlah jam pelajaran untuk setiap KD.
Misalnya untuk pembelajaran KD 3.1, dan 4.1 dibutuhkan waktu 10 JP. Jumlah JP
per minggu 3 JP. Berarti membutuhkan waktu 2 pertemuan, ditambah 1 JP untuk tes
formatif. Untuk 2 pertemuan tersebut berarti butuh waktu 2 minggu. Pada program
semester ditentukan pada bulan dan minggu keberapa pembelajaran KD tersebut
akan dilaksanakan.
Dengan cara memetakan seperti
itu guru sudah memiliki panduan waktu untuk melaksanakan pembelajaran tiap KD,
tinggal guru mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan disiplin. Apabila
tidak dipetakan seperti itu maka pelaksanaan pembelajaran akan sekenanya.
Akibatnya bisa kesasar dan tidak sampai-sampai.
Pada lampiran saya cantumkan
contoh program semester. Anda boleh menggunakannya atau menggunakan format lain
yang lebih baik. Silakan Anda lihat dan mencoba mengisinya berdasarkan hasil pemetaan
KD yang telah Anda buat sebelumnya. Cara mengisinya kira-kira sebagai berikut.
1. Siapkan
format program semester.
2. Lihat
kalender akademi, dan kalender local. Identifikasi kegiatan-kegiatan yang tidak
dapat digunakan untuk pembelajaran. Dalam kalender akademik ada kegiatan awal
masuk, libur nasional, libur awal puasa dan sebagainya. Mungkin ada kegiatan
local yang akan menggunakan minggu tertetnu sehingga tidak dapat digunakan
untuk pembelajaran, itu harus diidentifikasi juga. Tandai terlebih dahulu bulan
dan minggu untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Isikan
KD, atau tema-sub tema kedalam format, dan tandai bulan dan minggu
pembelajarannya dengan cara memberi warna.
4. Perikasa
lagi ketepatannya.
F. Penutup
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang direncanakan. Perencanaan pembelajaran diawali dari dengan menganalisis Kompetensi inti dan Kompetensi Dasar pada ketiga ranah. Hasil analisis berimplikasi metodologis yang dapat digunakan oleh guru sebagai pertimbangan untuk merancang RPP dan menyajikan pembelajaran. Dengan demikian melalui kegiatan analisis kompetensi maka guru tidak merencanakan dan melaksanakan pembelajaran seadanya sehingga memiliki jaminan mutu.